Tangis Keluarga Pecah Saat Melihat Jenazah Edmundus Dan Melkianus

Tangisan anggota Keluarga pecah saat melihat jenazah Edmundus Seran dan Melkianus Filli

Penulis: PosKupang | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/VINSEN HULER
Terminal Cargo Bandara El Tari Kupang 

Tangisan anggota Keluarga pecah saat melihat jenazah Edmundus Seran dan Melkianus Filli

POS-KUPANG.COM| KUPANG - Tangis Oma Sain, Mama Vivit dan semua rumpun keluarga Edmundus Seran dan Melkianus Filli pecah saat melihat jasad cucu/ anak, sanak keluarga terkasih ditandu ke dalam mobil jenazah.

Oma Sain pada saat itu, hanya mampu berdiri menatap dari kejauhan. persis di luar pagar cargo Bandara El tari Kupang.

Sosok Rektor Unimor Arnoldus Klau Berek Dimata Ketua BEM Yasintus Bria

Kepada POS KUPANG.COM Oma Sain mengatakan : " beta tunggu Meki Filli, dia mati, beta son tau dia sakit apa. dia dari Malaysia, kata Oma Sain seraya menangis sejadi-jadinya. Kamis,(28/11/2019) di Bandara El - Tari Kupang

Tak kuasa melihat jenasah Melkianus ditandu ke dalam mobil jenasah Kota Kupang dengan nomor DH 285 WB. Oma Sain memutuskan untuk pergi ke dalam mobil pick up yang ditumpanginya bersama sanak keluarga yang lain.

Tak kuasa menahan duka, pada pipinya yg keriput mengalir bulir-bulir air mata yang berjatuhan dari kelopak matanya, sambil sesekali meyekakanya dengan kain yang ia bawa.

Rektor Unimor Meninggal di Kamar Hotel di Kupang, Keluarga Tolak Autopsi

Setelah kedua jenasah di tandu ke dalam mobil jenasah masing-masing , Pendeta Emy Sehertian dan rohaniwati yang lain mendaraskan doa-doa khusyuk kepada kedua jenasah.

Kepada POS KUPANG.COM Badan Pelayanan Advokasi Hukum dan Perdamaian Sinode GMIT, Pdt Emy Sehertian mengatakan : " Kami berdoa entah Tuhan mendengar atau tidak tetapi kami berdoa sebab itu bagian dari tafsir teologis bahwa orang NTT bukanlah barang yang tidak berharga yang pulang lewat cargo dan yang telah meninggal sudah cukup banyak.

Sambung Emy, bisa bayangkan jika TKI asal Jawa seperti ini. ? Itu berarti satu Indonesia berteriak. Tetapi, di NTT nyawa yang sudah mencapai ratusan itu dianggap hal yang biasa. Nah, pelayanan kami ini bukan soal doa melainkan perjuangan bersama keluarga yang sebetulnya yang meninggal ini adalah mata rantai kehidupan ekonomi keluarga. Jadi, doa di kargo adakah titik mata rantai penanganan dari hulu ke hilir sehingga kami juga tahu struktur keluarga yang meninggal supaya nantinya kami akan merujuk teman-teman di daerah untuk menangani masyarakat di sana, ucapnya.

Sambungnya, bukan berarti dengan berdoa segala sesuatu selesai tetapi penyambutan di kargo paling tidak sebagai sesuatu yang membangunkan banyak orang bahwa PMI dari NTT selalu memilih jalan kematian, jalan berisiko dan dengan penyambutan jenasah ini mau mengajak supaya kita sadar, harus berjuang bersama di dalam satu jaringan dari hulu ke hilir, tegasnya Pdt. Emy.  (Laporan Reporter Pos-Kupang.Com, Vinsen Huler)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved