Berita Puisi
Ini Loh Puisi-Puisi di Pos Kupang Minggu Ini, Kepoin Yuk!
Puisi-Puisi Veran Making: Seberapa Sering/Seberapa sering kau menghitung-hitung jarak/ Antara kepulauan dan lautan.
Puisi-Puisi Veran Making
Seberapa Sering
Seberapa sering kau menghitung-hitung jarak
Antara kepulauan dan lautan
Kau labuhkan segala penat dan sesal
Untuk beberapa alasan
Kau tak mau lagi
Menatap kepergian
Seberapa sering maafmu
Sampai kepada pendengarannya
Atau sekadar menyapanya
Untuk berkabar, sapa
Bukan untuk membakar wajah kita
Dengan segala salah dan kesal
• Pasutri Tawar Pekerja Seks Janda Muda, Polisi Gerebek Saat Adegan Mesum di Rumah Mucikari
Seberapa sering
Kata-katamu
Mampu membungkam
Kesakitan dan luka
Sekadar aku katakan
Kepadamu....
Aku sering ketakutan
Bila doa-doa kita
Terbawa angin, udara
Yang tak kau simpan rapi
Di sebuah lemari tabah
(Oepoi, 2019)
• Cerpen Maria Hebi: Oh Love of My Life
Kesendirian
Kita sering terasing dalam
Kegelapan, tercipta dari kemalasan
Cahaya-cahaya tertutup
Gorden-gorden keangkuhan
Inginkan kesendirian....
Memakan dan menggerogoti sepi
Kita berkelana tanpa tujuan
Berjatuhan ke kedalaman hati yang diam
Pasrah pada keadaan
Tanpa mampu bangkit dari keterpurukan
Kita sering melabuhkan
Diam pada kefanaan
Memasukkan kita dalam senang
Tetapi derita
Di ujung malam
Bulan pun tak menyapa
Apalah arti hidup?
Terang kunang-kunang
Ditunggu tak tiba
Jalan-jalan berbatu, kerikil dan duri
Adakah kesegaran
Menyiram tubuh kesementaraan ini?
Penuh dengan kesakitan
Begitu pun.....
Kita kembali untuk sebuah sesal
Kasih Kepada-Nya...
Aku inginkan lagi pelukkan...
(Oepoi, 2019)
• Di SMAN 2 Keo Tengah Nagekeo Kekurangan Guru, Ini Penjelasan Kepala Sekolah
Puisi-Puisi Fergi Darut
Kecemasanku: Lupa Kita adalah Luka
1/
Caramu menjawab semua tanya bagaikan hujan yang tak berisyarat pelangi.
Jatuh tak beraturan. Ada bekas. Ada lupa. Ada luka.
Lupa siapa? Lupa kita. Luka siapa? Luka kita.
Tanpa kita sadari, ada jejak di antara lupa dan luka kita.
Sementara, antara awan dan langit ada dusta yang menyerupai senja.
2/
Ketika lupa adalah waktu,
Diam-diam jam pada tanganmu menuliskan aku sebuah sajak.
Aku pikir engkau pun tahu tentang itu.
Hingga tak perlu aku menulisnya kembali.
3/
Jika rindu terlahir dari sepotong teka-teki,
maka jenaka adalah jawabannya.
Mari sama-sama menertawakannya.
Sampai pisau membunuh waktu.
Sebab antara lupa dan luka ada waktu.
4/
Tak mungkin lagi lupa dan luka beradu janji pada selembar kertas.
Jika kertas yang aku maksud terbakar layar di peraduan waktu.
Ada tangis yang meratap kepergian kertas.
Kertas pun terluka oleh tangan-tangan sang penulis air mata.
Hingga waktu kembali terluka teruntuk yang kedua kalinya.
(Kuwu, 20 Agustus 2018)