Ayo Indonesia dengan UPTD Langke Majok Beri Pelatihan Pelayanan Kesehatan Ramah Disabilitas

Yayasan Ayo Indonesia dengan UPTD Langke Majok beri Pelatihan Pelayanan Kesehatan Ramah Disabilitas

Penulis: Aris Ninu | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/Aris Ninu
Yayasan Ayo Indonesia dan UPTD Langke Majok, Kecamatan Satar Mese Utara, Manggarai, Rabu (20/11/2019) menyelenggarakan pelatihan tentang Pelayanan Kesehatan Ramah Disabilitas kepada 22 tenaga kesehatan yang terdiri dari bidan dan perawat di ruangan pertemuan UPTD Langke Majok. 

Yayasan Ayo Indonesia dengan UPTD Langke Majok beri Pelatihan Pelayanan Kesehatan Ramah Disabilitas

POS-KUPANG.COM | RUTENG - Yayasan Ayo Indonesia dan UPTD Langke Majok, Kecamatan Satar Mese Utara, Manggarai, Rabu (20/11/2019) menyelenggarakan pelatihan tentang Pelayanan Kesehatan Ramah Disabilitas kepada 22 tenaga kesehatan yang terdiri dari bidan dan perawat di ruangan pertemuan UPTD Langke Majok.

Pelatihan ini merupakan tindaklanjut dari komitmen Kepala UPTD Langke Majok yang disampaikan pada pertemuan semiloka tentang pelayanan kesehatan yang inklusif terhadap para penyandang disabilitas yang dihadiri oleh kepala-kepala UPTD se-Kabupaten Manggarai di Aula Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai minggu lalu.

Kejari TTU Lakukan Pendampingan Terhadap Sejumlah Proyek Pemerintah Daerah

Pelatihan ini dibuka secara resmi oleh Kepala UPTD Langke Majok, Yosep Centis.

Dalam sambutanya Yosep menyampaikan terima kasih Kepada Yayasan Ayo Indonesia yang telah mendukung komitmen kami untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahunan dari tenaga kesehatan di UPTD Langke Majok tentang cara melayani pasien dengan disabilitas tuna netra.

"Pelatihan ini tentu merupakan hal baru dan harus kami lakukan untuk terwujudnya Pelayanan Kesehatan yang inklusif terhadap para penyandang disabilitas tunanetra di UPTD Langke Majok," kata Yosep kepada peserta.

Diungkapkan Kapolda Metro Jaya, Ini Alasan Kapolsek Kebayoran Baru AKBP Benny Alamsyah Dicopot

Pelatihan ini diisi dengan 2 sesi kegiatan yaitu sesi pertama adalah pemamparan materi tentang tata cara pelayanan kesehatan penyandang disabilitas tuna netra oleh Rudolf Gonhendris, S.Pd dan materi tentang prinsp-prinsip menuntun tunanetra oleh Sabinus Kadu, S.Pd, Ketua Perhimpunan Tuna Netra Indonesia cabang Manggarai (PERTUNI).

Sedangkan sesi kedua dilakukan simulasi cara melayani pasien tuna netra kepada peserta pelatihan yang terdiri dari bidan dan perawat.

Maksud dan tujuan dari pelatihan ini, menurut Tetyk Wangku selaku Fasilitator Program My Bodi is Mine (MBIM) di Yayasan Ayo Indonesia adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dari tenaga kesehatan terkait cara melayani pasien tunanetra yang membutuhkan pelayanan kesehatan di UPTD sehingga ke depan UPTD sebagai fasilitas layanan public semakin ramah terhadap siapapun termasuk orang dengan disabilitas tunanetra.

"Ayo Indonesia terus mendorong UPTD-UPTD di Kabupaten Manggarai agar semakin ramah dan inklusif terhadap para penyandang disabilitas,"ungkap Tetyk.

Rodulf sebagai pembicara pertama pada pelatihan itu menjelaskan kepada peserta bahwa Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan publik yang bersifat mutlak dan erat kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat sehingga tenaga kesehatan berkewajiban menyediakan layanan yang bermutu dan mudah didapatkan setiap saat.

"Puskesmas sebagai salah satu tempat pelayanan publik, petugasnya berkewajiban memberikan pelayanan kepada semua pengunjung, tak terkecuali para penyandang disabilitas," tegas Rodulf , penyadang disabilitas tuna netra asal Maumere.

Menurut dia, selama ini kesenjangan pelayanan kesehatan terhadap penyandang disabilitas masih tinggi.

"Hasil survey dari divisi Pelayanan Publik dan Reformasi Birokrasi ICW mengungkapkan selian fasilitas kesehatan yang belum mengakomodasi kebutuhan para penyandang disabilitas, tenaga kesehatan juga dinilai belum mampu menangani kebutuhan layanan kesehatan dari penyandang disabilitas," ungkap Rodulf.

Dia juga berharap pelatihan ini bermanfaat bagi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di UPTD Langke Majok ke depan.

Pada kesempatan itu, Rodulf memberikan beberapa cara atau kiat melayani orang dengan disabilitas yang datang ke puskesmas yaitu
pertama, petugas Kesehatan harus memberi salam dengan ramah dan mengajak penyandang disabilitas untuk berkomunikasi kemudian membimbingnya ke loket pendaftaran,

Kedua, petugas loket mesti dengan sabar dan tulus menanyakan kepada penyandang disabilitas terkait semua data yang diperlukan untuk memperlancar proses pelayanan. Sebagai contoh, petugas loket harus meminta dokumen penunjang berupa KTP, Kartu BPJS dan kelengekapan administrasi yang lain.

Ketiga, petugas loket juga perlu menanyakan kembali masksud dan tujuan kehadiran setiap orang termasuk pengunjung puskesmas yang mengalami disabilitas.

Keempat, setelah mengetahui kebutuhan penyandang disabilitas tunanetra, petugas mesti segera memberi kartu atau nomor urutan pemeriksaan berdasarkan poli yang dibutuhkan.

Dan, kelima, kemudian mengantar dengan cara menggandeng tuna netra menuju tempat antrian dan jangan lupa untuk membacakan kembali nomot antrian tersebut.

Lebih lanjut, Rodulf menjelaskan, hal yang rentan terjadi dengan anak disabilitas adalah terburu-buru, para petugas kesehatan perlu mengingatkan dan menyadarkan anak disabilitas supaya tidak terburu-buru bergegas dari tempat duduk ketika dipanggil untuk diperiksa.

"Maksudnya adalah agar tidak terjadi benturan dengan benda-benda tajam atau keras bahkan dengan orang lain yang ada di sekitar. Selayaknya petugas memberitahukan langsung bahwa ada petugas yang akan mengantarnya ke ruang poli yang bersangkutan," jelas Rodulf.

Sedangkan Sabinus Kadu, S.Pd , salah satu staf pengajar di SLBN Tenda dalam pemaparan materinya yang berjudul prinsip-prinsip menuntun tunanetra menekankan kepada peserta tentang cara menuntun tunanetra agar perjalanannya terasa nyaman, menyenangkan dan kehadiran petugas kesehatan sungguh-sungguh membantu.

Jika petugas kesehatan mau menuntun tunanetra, saran Sabinus, jangan lupa minta terlebih dahulu kepada yang bersangkutan, sambil mengkomunikasikan tawaran anda untu menuntun si tunanetra tersebut.

"Jika dia bersedia maka yang dilakukan kemudian adalah sentuhkan tangan anda ke punggung tunanetra, hal ini dimaksudkan agar orang tunanetra tersebut dapat mengetahui dengan pasti bagian yang harus ia pegang, apakah itu lengan, tangan atau bahu anda. Jadi bukan anda yang memegang orang tunanetra melainkan orang tunanetralah yang memegang anda; semisal lengan, tangan, ataupun bahu anda tergantung anda merasa nyaman pada bagian mana. Pegangan tunanetra harus cukup kokoh tapi seringan mungkin agar tidak terasa mengikat dan sakit," ujar Sabinus.

Kemudian pada sesi terakhir, peserta mengikuti simulasi tentang cara melayani orang disabilitas yang datang ke Puskesmas Langke Majok, simulasi ini dipandu oleh Rodulf mulai dari loket, tempat pendaftaran, ruang tunggu, ruang pemeriksaan, poli dan bagian farmasi.

Yang diajarkan kepada peserta pada simulasi tersebut adalah cara menyambut, berkomunikasi dan menuntun penyandang disabilitas Tunanetra.

Menurut Maksi, salah satu petugas kesehatan di UPTD Langke Majok yang menjadi peserta Simulasi bahwa dengan pelatihan ini mereka mengetahui cara melayani orang dengan disabilitas tunanetra dan Jenis disabilitas yang lain sebab di Desa Nao terdapat 130 orang penyandang disabilitas. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Aris Ninu)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved