TRIBUN WIKI : Mendengar Tutur Sejarah Orang Kedang Kabupaten Lembata Menurut Abdul Wulakada

Kedang berbeda dengan orang Lembata, Solor, Adonara, Flores Timur daratan dan sebagian Pulau Alor yang sebagian besarnya

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG/RICARDUS WAWO
Kemeriahan Expo budaya Kedang Uyelewun Raya di Desa Benihading 1, Kecamatan Buyasuri Kabupaten Lembata, Sabtu (19/10/2019). 

TRIBUN WIKI : Mendengar Tutur Sejarah Orang Kedang Lembata Menurut Abdul Wulakada

POS-KUPANG.COM|LEWOLEBA--Masyarakat Kedang yang ada di Kabupaten Lembata terbilang unik. Secara geografis mereka memang menempati wilayah sebelah timur daratan Pulau Lembata.

Namun secara budaya, adat-istiadat dan bahasa, orang Kedang berbeda dengan orang Lembata, Solor, Adonara, Flores Timur daratan dan sebagian Pulau Alor yang sebagian besarnya berbudaya dan berbahasa Lamaholot.

Orang Kedang membentuk satu komunitas adat di bawah kaki gunung Uyelewun dan secara administratif pemerintahan ada di 42 desa, di dua kecamatan yakni kecamatan Omesuri dan Buyasuri.

"Orang Lamaholot bagian dari Kedang tapi Kedang bukan Lamaholot," kata Abdul Redjad Raya Wulakada ketika ditemui Pos Kupang di sela-sela Expo Uyelewun Raya, Kamis (17/10/2019).

Pada gelaran expo budaya yang berpusat di Desa Benihading 1, Kecamatan Buyasuri itu, Abdul juga sempat memajang bagan ikhtiar perkembangan Anak Cucu Leu dan Bota.

Sejalan dengan apa yang tertulis di dalam kisah penciptaan, yang dimaksud dengan Leu adalah Adam dan Bota adalah Hawa.

Leu dan Bota punya anak yang bernama Woka dan Wuyo yang di dalam kitab suci diibaratkan dengan Kain dan Habel. Selain Woka dan Wuyo, keduanya juga mempunyai lima orang anak lainnya bernama Behaq, Tanah, Gajah, Raya dan Kayaq.

Leu dan Bota itu keluar dari sebuah tempat di wilayah Kedang yang bernama Liang Tale dan kemudian menyebar ke berbagai tempat wilayah Lembata dan Flores Timur.

Menurut penuturannya, ada tujuh gunung di Flotim dan Lembata yang dibagikan Leu dan Bota kepada tujuh orang anaknya.

Wuyo mendapatkan Gunung Uyelewun (Wuyolewun), Woka mendapatkan Gunung Ile Ape, Kayaq mendapatkan Gunung Labalekan, Gajah mendapatkan Gunung Mingar, Tanah mendapatkan Gunung Ile Boleng, Raya mendapatkan Lewotobi, dan Behaq mendapat Ile Mandiri.

"Semua ini naik jadi raja. Woka jadi raja di atas raja. Jadi kita orang timur raja di atas raja. Orang timur itu kita semua jadi raja di atas raja karena sejarahnya menyangkut semua, kena di Nusa Tenggara dan Australia," tegas Abdul yang bisa menceritakan kisah nenek moyang manusia itu dalam syair-syair adat.

Menurut Abdul, Gunung Uyelewun itu adalah pusat sejarah.

Dalam prediksi yang dia tulis di dalam bukunya berjudul Kidung Agung, dia menemukan kata Leukada yang berasal dari Bahasa Yunani Kuno.

Pertemuan Barcelona vs Real Madrid Ditunda, Ini Jadwal Baru Resmi El Clasico Liga Spanyol 2019-2020

Kembangkan SDM, Jurusan Admistrasi Bisnis PNK Gelar Seminar Nasional

Istilah Leukada ini juga ditemukan setelah dia membaca buku Arysio Santos yang menulis buku 'Atlantis: The Lost Continent Finally Found' dan berarti surga yang hilang.

Menurut pandangannya, surga atau atlantis yang Arysio Santos cari itu sebenarnya ada di sini. Karena salah satu syaratnya adalah selat bermulut kecil yang sama dengan Selat Gonsalu di Larantuka.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved