Kasus Pengrusakan Rumah di Desa Oepuah TTU, Kasat Reskrim Mengaku Sudah Terima Laporan Korban

Kasus Pengrusakan rumah di Desa Oepuah TTU, Kasat Reskrim mengaku sudah terima laporan korban

Penulis: Thomas Mbenu Nulangi | Editor: Kanis Jehola
ISTIMEWA
Kondisi rumah korban usai dilempari oleh sekelompok orang di Desa Oepuah, Minggu (20/10/2019). 

Sat itu juga korban menangis, dan di ketahui oleh anak korban. Karena melihat keadaan ayahnya menangis anak korban yang bernama Melki mendatangi Brando Sanbiko dan bertanya kenapa sampai terjadi masalah sampai ayahnya menangis.

Brando Sanbiko menjawab bahwa tidak ada masalah apa-apa antara dirinya dengan korban, namun pada saat itu antara dirinya dan korban dalam keadaan mabuk.

Namun pada saat itu Brando Sanbiko menawarkan ke anak korban untuk berkelahi. Tawaran Brando Sanbiko tersebut memicu aksi baku dorong antara Brando Sanbiko dengan masa.

Situasi tersebut akhirnya diatasi oleh beberapa orang tua yang di situ. Selanjutnya Korban dan anak anaknya pulang ke rumahnya.

Beberapa saat kemudian, korban tiba didepan rumahnya. Korban berhenti karena ada satu unit mobil trek yang membawa massa tiba di depan rumahnya. Saat itu, masa tersebut langsung melempari rumah korban dengan batu sampai rusak parah.

Usai melempari rumah korban, masa pergi dari tempat kejadian perkara. Diduga masa tersebut adalah orang suruhan Brando Sonbiko. Berdasarkan informasi juga bahwa kasus tersebut sudah dilaporkan kepada pihak aparat kepolisian.

Menanggapi kasus pengrusakan rumah warga yang di duga dilakukan oleh anak buahnya, Anggota DPRD Kabupaten TTU, Brando Sonbiko mengaku bahwa memang selama ini hubungan antara dirinya dengan Yonatas Tahoni yang masih berstatus keluarga itu renggang.

Menurutnya, penyebab rengganya hubungan keduanya karena perbedaan politik pada proses pemilihan legislatif beberapa bulan yang lalu. Namun pada saat kejadian, Yonatas yang masih berstatus kakak sepupu tersebut berbicara terkait hasil dengan pemilihan legislatif tersebut.

Pada saat itu, kata Brando, dirinya sudah meminta agar Yonatas tidak boleh membicarakan lagi terkait dengan proses pemilihan legislatif. Namun rupanya permintaan tersebut tidak diindahkan oleh kakak sepupunya itu.

"Lalu saya omong suku bahwa Kutiom di Kaubele berbeda dengan Kutiom di Unini. Begitu saya omong saya punya kaka itu sudah jalan. Dia pulang dan dia beritahu dia punya anak di rumah. Mereka datang. Yang satu tidak pakai baju, habis itu pegang dengan batu," ujarnya.

Brando melanjutkan, bahwa ketiga anak kandung Yonatas datang dan menanyakan kepadanya terkait dengan masalah apa sehingga orangtuanya sampai pulang ke rumah. Ia langsung menjawab bahwa tidak ada masalah karena pada saat itu dirinya berpikir bahwa tidak ada masalah.

"Jadi saya pikir masalah sudah selesai karena saya hanya omong begitu saja. Terakhir mereka pukul saya, memang saya sampai jatuh, kena di dada. Dada saya masih sakit sampai sekarang," ujarnya.

Brando mengatakan, terkait sekelompok masa yang merusak rumah Yonatas, hal itu bukan atas perintahnya. Kejadian itu, katanya, karena spontanitas warga yang mendengar bahwa dirinya dipukul oleh anak-anak korban.

"Jadi mereka turun lempar Kaka punya rumah itu," ujarnya.

Brando mengungkapkan, dirinya juga sudah melakukan visum dan melaporkan kasus pengeroyokan tersebut ke pihak kepolisian di Subsektor Mena.

Brando mengatakan, dirinya bersama dengan para pelaku masih berstatus keluarga dekat sehingga ia berharap kasus tersebut dapat di selesaikan secara keluarga.

"Tapi kalau mereka tidak terima baik, mari kita berproses saja. Tapi kalau mereka tidak mau dengar dari bisikan orang lain, maka saya siap diselesaikan secara kekeluargaan," ujarnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Tommy Mbenu Nulangi)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved