Pemprov NTT Fasilitasi Penjemputan Pengungsi Wamena Papua
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur ( Pemprov NTT) memfasilitasi Penjemputan puluhan warga NTT dari Wamena Papua
Penulis: Ryan Nong | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur ( Pemprov NTT) memfasilitasi Penjemputan puluhan warga NTT yang menjadi korban kerusuhan di Kota Wamena Papua.
Kepulangan puluhan pengungsi asal NTT ini difasilitasi Pemprov melalui Dinas Sosial Provinsi yang bekerjasama dengan Dinas Perhubungan serta didukung oleh berbagai elemen pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat.
Rombongan pengungsi Wamena yang berasal dari beberapa kabupaten/kota di wilayah NTT itu difasilitasi pemulangannya dalam dua kloter. Kloter pertama melalui pelabuhan laut Labuan Bajo sedang kloter kedua melalui pelabuhan laut Lorens Say Maumere dan Pelabuhan Tenau Kupang.
• Gubernur Viktor Laiskodat Dikabarkan Akan Jadi Menteri, Ini Komentar Ketua DPW NasDem NTT
Rombongan pengungsi kloter kedua kelompok kedua yang diberangkatkan dari Pelabuhan Makassar pada Jumat (18/10/2019) pagi tiba di Pelabuhan Tenau Kupang pada Sabtu (19/10/2019) sekira pukul 06.30 Wita. Sebelumnya, pengungsi kloter kedua kelompok pertama untuk wilayah Nagekeo, Ende, Sikka dan Flores Timur telah lebih dahulu turun di Pelabuhan Lorens Say Maumere pada Jumat malam.
Kabid Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial Provinsi NTT Djose Nai Buti S.Pt,M.Si kepada POS-KUPANG.COM saat penjemputan rombongan pengungsi kloter kedua di Pelabuhan Tenau mengatakan pemerintah memfasilitasi kepulangan para pengungsi Wamena hingga tempat asal masing masing.
• TRIBUN WIKI: Satu Lagi Alam TTS Yang Mempesona, Air Tagepe
Pemerintah Provinsi, jelasnya telah berkomitmen untuk memfasilitasi proses kepulangan para korban kerusuhan Wamena asal NTT dari Jayapura sampai di kampung halamanya masing masing. Namun, dalam perjalanan, ketika tim Pemprov tiba di Makassar Sulawesi Selatan, rombongan telah berada dalam perjalanan menuju Makassar dari Jayapura.
"Semua ini difasilitasi oleh pemerintah Provinsi atas perintah dari Bapak Gubernur, Wakil Gubernur dan ditindaklanjuti Sekda. Jadi pasca kerusuhan Wamena, pada 29 September 2019 kita dapat informasi, kemudian Gubernur dan Wagub memerintahkan Sekda langsung melakukan pengecekan lapangan," katanya.
Tim yang dipimpin Sekda Ir Ben Polo Maing kemudian melakukan rapat di Kupang kemudian memutuskan Dinsos dan perangkat daerah terkait seperti Kesbangpol dan BPBD Provinsi melakukan koordinasi untuk mendapatkan informasi dan data dari Papua dan Wamena.
"Tindak lanjutnya kami mendapat kontak person di wena baik dari Lantamal, Batalyon 751 Raider, ketua kerukunan Flobamora serta Dinsos Kota Jayapura dan beberapa relawan bahwa informasi awal ada 197 warga NTT yang terdata yang berencana ke Kupang," jelasnya.
Tim Dinas Sosial kemudian yang dipimpin Kepala Dinas menuju Makassar untuk menindaklanjuti penanganan korban kerusuhan (pengungsi) asal NTT.
Saat tiba di Makassar, ternyata telah dilakukan penanganan pertama oleh Pemda Sulsel dengan memulangkan sebanyak 23 orang pengungsi dari NTT.
Proses pemulangan berlangsung dalam dua kloter yakni kloter pertama pada tanggal 15 Oktober 2019 sebanyak 84 orang menggunakan KM Tilongkabila dengan tujuan Labuan Bajo Manggarai Barat. Kloter pertama terdiri dari pengungsi yang berasal dari Manggarai Raya yakni Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai Timur.
Sedangkan untuk kloter kedua, pemulangan dilakukan pada 17 Oktober 2019 menggunakan KM Bukit Siguntang dengan tujuan Pelabuhan Lorens Say Maumere dan Pelabuhan Tenau Kupang. Kloter kedua didampingi tiga staf Tagana Provinsi NTT.
Dari total 87 orang anggota rombongan, sebanyak 35 orang turun di Pelabuhan Maumere pada Jumat sore. Sebanyak delapan orang melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Ende, sembilan orang ke Flores Timur dan 18 orang ke Kabupaten Nagekeo.
Sedangkan untuk kelompok kedua yang tiba di Pelabuhan Tenau Kupang pada Sabtu pagi berjumlah 51 orang dari 52 yang terdaftar. Rombongan terdiri dari 18 orang asal Kabupaten TTS, 9 orang asal Kabupaten Alor, 10 orang asal Kota dan Kabupaten Kupang, 4 orang asal Malaka serta 8 orang dari Kabupaten Rote Ndao.