Kiat Menu Makan Sehat Bagi Penderita Kanker Versi Ahli Onkologi : Jangan Sampai Malnutrisi
Salah satu ciri terkena kanker, secara kasat mata adanya penurunan berat badan yang cukup signifikan walaupun tanpa diet.
Beberapa pantangan yang muncul misalnya menghindari karbohidrat seperti nasi.
Padahal pasien kanker membutuhkan kalori dari protein, lemak, dan juga karbohidrat. Sehingga biarkan saja. Kecuali sudah berlebihan (biasanya sangat jarang) baru diarahkan.
Ketua Yayasan Kanker Indonesia Prof Aru Wisaksono Sudoyo SpPD-KHOM, FACP yang juga ahli hematologi dan onkologi dari RS Medistra mengatakan, mengonsumsi sate juga seringkali dituding menjadi penyebab kanker.
Padahal, hanya daging merah yang dipanaskan hingga menjadi kehitaman (arang) yang menjadi karsinogen (zat yang menyebabkan kanker).
Sementara bila ikan bakar, atau sate ayam walaupun agak kehitaman dianggap bukan karsinogen.
“Daging merah yang dipanaskan jadi arang akan menjadi karsinogen. Bukan arangnya tapi daging merahnya. Kulit ayam dibakar tidak apa-apa,” ujar Prof Aru saat menjadi pembicara di acara Media Workshop Patient Journey in Oncology Total Solution.
Acara tersebut diselenggarakan PT Kalbe Farma Tbk bekerjasama dengan Yayasan Kanker Indonesia di Hotel Rancamaya, Selasa (8/10/2019).
Selain daging merah yang dibakar hingga kehitaman, juga makanan yang diberi formalin.
Tahu yang di pasaran diyakini 60 persen mengandung formalin. Sehingga harus hati-hati mengonsumsi tahu.
Sementara tempe dianggap lebih aman karena bila mengandung formalin atau zat kimia lain selain ragi, jamur yang ada di tempe tidak akan tumbuh.
Selain itu kandungan kedelai yang ada di tempe diyakini mengandung estrogen dari soya (kedelai) bisa mengeblok estrogen yang jadi penyebab kanker payudara sehingga sel kanker di payudara kelaparan.
Prof Aru mengatakan, makanan memang menjadi salah satu pencetus terjadinya kanker.
Namun sebenarnya terjadinya kanker bisa terjadi karena multi faktor.
Selain masuknya zat karsinogen, gaya hidup, rokok, dan juga keturunan.
Makanan yang salahi diyakini bisa menyumbang terjadinya kanker hingga 35 persen, dan rokok hingga 30 persen.