Kisah Bustanul dan Umar Sembuh dari Kanker Usus Stadium 3 Tanpa Operasi, Tak Pakai Kemoterapi

Bustanul (54) masih mengingat jelas bagaimana perasaannya ketika divonis menderita kanker usus stadium tiga pada Agustus 2013 silam.

Editor: Agustinus Sape
dok. St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou
Umar (58), saat menjalani pengobatan kanker rektum stadium tiga pada Oktober 2011 lalu 

Namun, karena gejalanya mirip dengan penyakit wasir, tak sedikit penderita kanker kolorektal telat mendapat pertolongan.

Makanya, untuk mendapatkan hasil akurat, penderita yang mengalami gejala seperti itu, disarankan melakukan tindakan kolonoskopi (meneropong usus dengan alat bowel scope).

Kembali merujuk data Kemenkes, jumlah kasus baru kanker kolorektal yang terjadi di Tanah Air selama 2018 sebanyak 12,1 per 100.000 penduduk usia produktif.

Kanker tersebut berada di urutan ketiga jenis kanker yang paling banyak diderita, setelah kanker payudara dan kanker paru.

Bukan cuma mematikan, tapi peluang sembuh dari kanker kolorektal pun terbilang cukup rendah, apalagi bila sudah mencapai stadium tiga dan empat, sebagaimana dikutip Kompas, Senin (3/12/2018).

Berangkat dari fakta-fakta di atas, maka wajar saja Bustanul dan Umar dirundung ketakutan. Terlebih saat dihadapkan dengan pilihan pengobatan yang menurut mereka tidak mengenakkan.

Bustanul mengatakan, saat itu dokter yang memvonisnya menyarankan untuk melakukan operasi pemotongan usus.

“Operasi kanker seperti ini, kami tidak tahu berapa panjang usus yang harus dipotong. Kalau potongnya cukup panjang hingga ke anus, maka organ tersebut tidak bisa dipakai lagi,” ungkapnya menirukan ucapan sang dokter.

Bahkan, Bustanul menambahkan, metode tersebut berisiko mengganggu vitalitas.

Umar (58), saat menjalani pengobatan kanker rektum stadium tiga pada Oktober 2011 lalu
Umar (58), saat menjalani pengobatan kanker rektum stadium tiga pada Oktober 2011 lalu (dok. St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou)

Pernyataan senada diutarakan Umar. Apalagi, kanker rektum yang dideritanya saat itu panjang tumornya sudah mencapai 5 centimeter, diameter 4 centimeter, dan hanya berjarak 2 centimeter dari anus.

"Saya tidak mau, karena (usus) dipotong dan dipasang kantong kolostomi (kantong feses) di luar, itu sebenarnya yang membuat saya dan istri down," ungkap Umar dengan ekspresi bergidik.

Memang benar, di Indonesia, untuk dapat sembuh dari kanker kolorektal pasien harus menjalani pengobatan operasi, kemoterapi, dan radiasi, sebagaimana dilansir Kompas.com, (3/12/2018).

Bahkan, untuk mencegah risiko kambuh, tak jarang pembedahan juga akan dilakukan pada jaringan sekitar tumor.

Kendati tujuannya untuk sembuh, namun metode pengobatan tersebut dapat menimbulkan komplikasi, terutama pada kasus tumor di sekitar anal atau anus.

Itu terjadi karena setelah operasi, biasanya dibutuhkan pembuatan kantong (kolostomi) dan rekonstruksi anus buatan, seperti yang diungkapkan Umar.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved