Berita Cerpen

Cerpen Berrye Tukan: Demon dan Demo

"Demon, jangan kau ikut demo-demo itu. Kau urus saja kuliahmu! Jangan kau pikir soal negara ini, sudah ada orang yang atur.

tribunnews.com
Ilustrasi demonstrasi 

Mereka udah married, lah bebas dong gituan! Kalau ga mau, ya udah tinggal bilang aja, haha." Celetuk Imah, seorang mahasiswi cantik yang ikut hadir di situ.

"Ada lagi nih teman-teman, perempuan yang pulang larut malam bakalan didenda juga. Kasihan dong sama ibu-ibu yang harus kerja di malam hari, jaga toko, kafe atau di warung Padang. Di kampung saya, kalau ada hajatan di kampung, mama-mama dan perempuan di kampung biasa main Dolo sampai pagi. Terus, mereka ini bakal ditangkap juga?" giliran Demon bersuara.
"Dolo itu apaan, Mon?" tanya Imah.

"Dolo itu kayak nyanyian berbalas pantun di kampung kalau ada hajatan besar di kampung."

"Wah menarik tuh Mon. Kapan-kapan boleh lah maen ke kampungmu buat lihat gituan."

"Bolehlah Mah. Apalagi kalau kamu mau jadi istriku, haha. " balas Demon sambil cekikikan.

"Haha, gomballoe Mon!" tawa Imah.

"Baik teman-teman. Tidak ada kata lain, kita harus lawan RUU ini. Kita tidak boleh diam saja. Tidak ada kekuatan yang bisa melawan semua ini kecuali kekuatan mahasiswa.

Kita telah melahirkan reformasi yang menumbangkan Orde Baru yang korup. Semangat reformasi harus dijaga dan dirawat agar bisa tumbuh secara benar, tidak dimanfaatkan oleh pikiran-pikiran dan idealisme jahat yang hendak menghancurkan negara ini. Ayo kita lawan!" teriak Bimo.

Puluhan Truk dan Pikap di Mbay Antre Isi BBM di SPBU

"Lawan! Lawan! Lawan!" teriak mereka nyaris bersamaan, bersemangat.

"Besok, semuanya berkumpul di sini. Kita berangkat pagi-pagi ke istana. Kita harus tunjukkan dan suarakan suara kita! Suara rakyat adalah suara Tuhan!" tutup Bimo penuh energi.

Malam itu, Demon tak bisa lelap tidurnya. Antara kertas-kertas berisi narasi orasinya yang akan dibacakannya besok di depan gedung parlemen, pikirannya melayang-layang jauh ke kampungnya, menghadirkan wajah sang bapak dan ibu.

Haruskah niatnya berdemo besok bersama teman-teman kampusnya disampaikan juga pada kedua orang tuanya?" pikirnya.

Ibu pasti akan menolak mentah-mentah niatnya itu. Demon pun mulai bimbang, apakah dia harus ikut berdemo ataukah harus kembali menjadi anak yang patuh dan penurut pada orang tuanya? Demon menimbang semuanya dalam pikiran yang serba tak tentu arah. Dan sebelum dia memutuskannya, dia sudah terlelap dalam kantuknya.

Sarwendah Kaget dengan Porsi Makan Betrand Peto Anak Angkat Ruben Onsu

***
Sudah hampir jam sepuluh lagi. Pak Betu, ayah Demon, masih saja belum mandi. Segelas kopi besar dan dua potong pisang goreng yang tersisa di piringnya masih menemaninya menonton siaran televisi pagi ini. Ibu Lena, sang istri masih sibuk di dapur.

"Mah, kau sudah telpon Demon kah?" teriak Pak Betu.
"Sudah. Empat lima hari lalu."

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved