News
PMKRI Cabang Kefamenanu Gelar Mimbar Bebas Sebut Program Sari Tani Bupati TTU Gagal Total
Menurut Yohanes, salah satu program unggulan dari pemerintah seperti Program Sari Tani gagal dijalankan.
Penulis: Thomas Mbenu Nulangi | Editor: Benny Dasman
Laporan Wartawan Pos Kupang, Com, Tommy Mbenu
POS KUPANG, COM, KEFAMENANU - Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Kefamenanu Santo Yohanes Don Bosco menggelar mimbar bebas memperingati Hari Tani Nasional di perempatan Gereja Naesleu, Selasa (24/9/2019).
Mimbar bebas itu menyikapi sejumlah program dari pemerintah daerah Kabupaten TTU yang dinilai gagal seperti Program Sari Tani dan Program Padat Karya Pangan.
Dalam orasinya, Komisariat Daerah (Komda) Regio Timor, Yohanes Fransiskus Naihati, mengatakan, pemerintah daerah Kabupaten TTU dibawah kepemimpinan Bupati Raymundus Sau Fernandes gagal mengeksekusi program unggulannya.
Menurut Yohanes, salah satu program unggulan dari pemerintah seperti Program Sari Tani gagal dijalankan. Padahal dana untuk mendukung program tersebut sudah dikucurkan sebesar Rp 360 juta, namun para petani belum mendapatkan hasilnya.
"PMKRI menilai program unggulan Sari Tani gagal total. Sebab sampai saat ini para petani belum merasakan manfaat karena program yang baik itu tidak membawa dampak untuk para petani untuk memiliki dana pensiun," tegasnya.
Selain itu, tambah Yohanes, Program Padat Karya Pangan yang merupakan program unggulan juga gagal dijalankan. Sebab, banyak sekali masyarakat di desa-desa mengalami kelaparan karena produk pertanian tidak tersedia.
"Sekali lagi PMKRI mengatakan program padat karya pangan juga gagal dijalankan. Oleh karena itu, PMKRI meminta supaya pemerintah segera melakukan evaluasi total terhadap dua program tersebut," ujarnya.
Sementara itu, Ketua PMKRI Cabang Kefamenanu, Yogi Sara, menegaskan, PMKRI Cabang Kefamenanu mendesak supaya pemerintah melakukan peninjauan dan evaluasi kembali terkait dengan Program Sari Tani.
Yogi juga mendesak pemerintah daerah untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat supaya mengurangi metode pertanian yang selama ini diterapkan seperti sistem tebas bakar dan tidak berkebun tetap.
Hal itu, kata Yogi, akan berpengaruh pada ketersediaan air, perubahan iklim, dan kerusakan ekosistem. Dia mengusulkan untuk mengubah pola pertanian yang selama ini dilakukan dengan pola pertanian kombinasi terpadu atau berkelanjutan.
"Kami usulkan untuk menerapkan sistem pertanian organik menghindari penggunaan pestisida dan pupuk sintetik lainnya. Metode anorganik yang selama ini dilakukan dapat merusak kesuburan tanah, dan pencemaran air," terangnya.
Pantauan Pos Kupang, aksi mahasiswa tersebut dikawal ketat oleh pihak kepolisian. Di akhir aksinya, para mahasiswa menabur bunga sebagai tanda telah matinya nurani pemerintah dalam memperhatikan para petani. *