G30S
KESAKSIAN Profesor Salim Said: DN Aidit Tokoh G30S Ternyata Suka Baca Al Quran & Sering Khatam
DN Aidit, tokoh PKI dianggap paling bertanggung jawab atas peristiwa G30 S. Namun tahukah kamu, ternyata Aidit suka baca Alquran dan sering khatam
Kolonel Sarwo Edhie sudah berada di Solo waktu itu setelah menyelesaikan tugas di Semarang.
• Soeharto Beberkan Bukti Mengejutkan Pada Soekarno Pasca G30S/PKI,Tak Disangka Begini Respon Soekarno
Apa isi surat, saya tidak pernah tahu.
Tapi, sejak itu, saya selalu diminta berada dekat dengan Komandan, dalam perjalanan darat maupun penerbangan dengan helikopter, ke berbagai kota di wilayah Jawa Tengah.
Kesempatan ini memberi peluang kepada saya menjadi akrab dengan Kolonel Sarwo dan sekaligus mengikuti jalannya operasi dari pusat komando.
Persahabatan saya dengan Pak Sarwo Edhie itu berlangsung terus hingga beliau jatuh sakit sebelum akhirnya meninggal pada 1989.

DN Aidit.
Kedekatan saya dengan Komandan RPKAD itu tampaknya menimbulkan perasaan tidak senang seorang asistennya.
Mayor Gunawan Wibisono, Asisten Operasi Komandan RPKAD dan teman sependidikan LB Moerdani di Bandung, pernah memperingatkan saya agar menjaga jarak dengan komandannya.
"Eh, wartawan, itu Kolonel, kamu harus tahu," katanya dengan kasar setengah membentak ketika kita berada di Purworejo.
• Ingat Amoroso, Pemeran Soeharto di Film G30S PKI? Kabar Terbarunya Memprihatinkan
Tapi, kalau saya menjauh, Kolonel Sarwo selalu mencari saya.
Akibatnya, Mayor Gunawan selalu memandang saya dengan muka kecut.
Pengalaman dengan Mayor itu kemudian mengajarkan kepada saya, pada umumnya tentara itu memang mengharapkan kita, orang sipil, menghormati Komandannya, sebagaimana dia sendiri menghormati atasannya.
Mayor Gunawan tidak sanggup menyadari, saya bukan anak buah Komandannya, seperti dirinya.
Tapi karena untuk waktu lama militer menguasai lama Indonesia, pengalaman kurang menyenangkan dengan Mayor Gunawan selalu menjadi pegangan diri sendiri dalam berhubungan dengan para pemimpin tentara, terutama di hadapan para anak buahnya.
Bersama pasukan RPKAD, kepada pimpinan Operasi diperbantukan satu kompi Polisi Militer Angkatan Darat yang berkualifikasi para (Yon Pomad Para).
Tugas polisi militer ini memproses anggota tentara yang ditahan karena dicurigai terlibat Gestapu.