SEDIH! Tak Mampu Beli Susu, Orangtua Bayi ini Terpaksa Beri Kopi kepada Bayinya
SEDIH! Tak Mampu Beli Susu, Orangtua Bayi ini Terpaksa Beri Kopi kepada Bayinya
POS-KUPANG.COM - Cerita miris bayi Hadijah Haura yang hidup di tengah kemisikinan keluarganya.
Seorang bayi perempuan berusia 14 bulan di Desa Tonro Lima, Kecamatan Matakali, Kabupaten Polewali Mandar ( Polman ), Sulawesi Barat, Hadijah Haura, menghabiskan 5 gelas atau setara 1,5 liter kopi setiap hari.
Kebiasan menyeruput kopi tubruk ini dilakoni bayi itu sejak berusia 6 bulan.
• Resmi Hadir di Indonesia dan Miliki Empat Kamera, Inilah Spesifikasi dan Harga Oppo A9 2020
• Mundur dari Dunia Hiburan, Inilah Latar Belakang Keluarga Mantan Ryuji Utomo, Ariel Tatum
• Tak Pernah Percaya Barbie Kumalasari Punya Berlian, Inilah Sumber Kekayaan Nikita Mirzani
Kedua orangtuanya beralasan terpaksa memberikan kopi tubruk kepada bayinya lantaran tak mampu membeli susu.
Meski mengonsumsi kopi, pertumbuhan fisik bayi itu seperti anak normal lainnya.
Hadijah tergolong anak super aktif.
Meski usianya baru 14 bulan, Hadijah Haura sudah mahir berjalan sendiri, hingga aktif bermain bersama teman-teman sebayanya.
Anak pertama pasangan Sarifuddin dan Anita dari Desa Tonro Lima, Kecamatan Matakali, ini bahkan kerap membuat kedua orangtuanya tak bisa tidur lantaran bocah ini aktif bermain sendiri.
Anita mengaku kerap memberikan kopi karena tak mampu membeli susu.
Gaji Rp 20.000 sebagai buruh kupas kopra bersama suaminya, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur keluarganya.
"Ya mau diapalagi, pendapatannya tidak cukup untuk membeli susu. Terpaksa setiap hari hanya diberi dot berisi kopi. Bahkan ia tak bisa tidur kalau tidak minum kopi. Biasa merengek minta kopi sebelum tidur,” kata Anita saat ditemui wartawan di rumahnya, Sabtu (14/9/2019).
• Inilah Sosok Kapolda NTT yang Baru, Irjen Pol Hamidin, Rabu Ini Mulai Pimpin Polda NTT
• Ruben Onsu, Suami Sarwendah Beri Ultimatum Media Yang Singgung Masa Lalu Betrand Peto
• Pembunuhan Bocah Kembar di Kupang, Obir Masus Harap Istrinya yang Jadi Tersangka Lekas Sembuh
Menurut Anita, ia dan suaminya Sarifuddin hanya menggantungkan hidup dari upah bekerja sebagai pengupas kopra.
Saat musim panen, Sarifuddin kerap beralih pekerjaan menjadi buruh angkut padi di sawah karena upahnya lebih besar.
Namun usai panen, ia kembali menekuni pekerjaan sebagai buruh kupas kopra.
Selama sehari bekerja, maksimal ia mendapatkan penghasilan bersama suaminya hingga Rp 40.000.
