Renungan Kristen Protestan 10 September 2019 : Gelap Tidak Bisa Mengusir Gelap
Tampaknya sederhana. Kita diberitahu bahwa asal percaya kepada Yesus kita akan diselamatkan.
Kehidupan mereka juga harus kudus agar para musuh Kristen tidak dapat memfitnah mereka. Tuhan sendiri yang akan menanggung dan menjamin hidup mereka. Kristus yang sudah menebus jiwa mereka pasti akan memelihara kehidupan mereka (ayat 5b-6).
Firman Tuhan hendak menguhkan iman mereka bahwa ketika iman diserang dari luar, benteng pertahanan kita adalah Tuhan.
Dia beserta kita melalui Roh Kudus-Nya yang tinggal dalam hati orang percaya. Namun, kita harus saling menguatkan dan menopang supaya tidak seorang pun dari kita menjadi lemah dan menyerah. Hadapi musuh dengan hidup kudus dan tidak bercela.
Penulis surat Ibrani mengingatkan bahwa Jika orang teguh imannnya dan kuat harapannya kepada Kristus, maka mereka tidak gampang murtad. Namun imannya mesti diwujudkan dalam hidup sehari-hari.
Tidak ada artinya mempercayai Yesus, namun kasih kita menjadi samar-samar. Pementingan diri sendiri dan kelompok, kiranya tidak mnenjadi gaya hidup orang Kristen.
Ujaran-ujaran kebencian dan hoax makin marak di mana-mana. Kita terus diingatkan melalui Firman Tuhan, bahwa kejahatan tidak dapat dikalahkan dengan kejahatan, kebencian tidak dapat dikalahkan dengan kebencian, tetapi hanya melalui kasih.
Marthin Luter King pernah berkata: “ Gelap tidak bisa mengusir gelap, hanya terang yang bisa. Kebencian tidak bisa melawan kebencian. Hanya cinta yang bisa.
Marilah kita terus mewujudkan Kasih, walaupun tidak mudah, oleh karena penuh resiko. Resiko harga diri, resiko materi dll. Bahkan Mother Theras pernah berkata: Kadang kita harus mengasihi hingga terluka.
Ceritera tentang tentara yang hampir terjebak dalam kepungan musuh.
Pemimpin pasukan memerintahkan agar semua menyelamatkan diri, namun ada seorang tentara yang telah terkepung dan tidak dapat menyelamatkan dirinya.
Pada saat itu soerang tentara Kristen yang bernama Toni meminta ijin kepada pemimpin pasukan agar ia kembali untuk menyelamatkan sagabatnya.
Apa jawaban pemimpin pasukan itu, lebih baik kita kehilangan seorang tentara daripada kehilangan dua orang sekaligus.
Tetapi secara diam-diam Toni menyelinap di kegelapan malam dan berusaha menemui sahabatnya yang telah terjebak.
Ketika tiba di sana, sahabatnya itu telah sekarat karena peluru musuh memembus dadanya. Walaupun Toni tahu bahwa sahabatnya tidak dapat diselamatkan lagi, tapi ia hanya ingin memastikan bahwa ia tetap ada untuk sahabatnya dengan resiko kehilangan nyawanya.
Sahabat Toni akhirnya meninggal, tapi Toni bersyukur karena sahabatnya tahu bahwa ia ada di sampingnya di saat terkahir hidupnya, bahkan dengan resiko kehilangan nyawa atau dipecat karena tidak menaati pemimpin mereka.
