Renungan Kristen Protestan 10 September 2019 : Gelap Tidak Bisa Mengusir Gelap

Tampaknya sederhana. Kita diberitahu bahwa asal percaya kepada Yesus kita akan diselamatkan.

Editor: Rosalina Woso
dokumentasi pribadi
Pdt Dina Dethan Penpada MTh 

Kita jadi memahami apa yang membedakan-Nya dari tokoh-tokoh agama lain. Kita belajar mengapa seseorang yang mati di kayu salib 2000 tahun yang lalu bisa memiliki pengaruh terhadap keselamatan semua orang.

Kita mulai menyadari bahwa iman Kristen tidak sesederhana yang kita bayangkan. Iman Kristen bukan “asal percaya.”

Kita mulai melihat Yesus secara berbeda. Cara pandang dan sikap hidup kita berubah, tidak lagi bergantung pada apa yang dikatakan orang lain, tetapi pada kebenaran-kebenaran yang kita temukan saat kita mau serius mendalami iman kita.

Bacaan kita hari ini,Ibrani 13:1-8;15-16merupakan nasihat yang ditujukan kepada kelompok orang Kristen yang berada di perantauan untuk tetap setia dan berpegang teguh pada iman kepada Yesus Kristus dan menjauhi kemurtadan yang dapat membawa kepada kebinasaan.

Wujud iman tidak hanya tampak dari keyakinan orang Kristen untuk tidak menyangkal Kristus dan ketekunannya mengikut Dia, tetapi harus juga dapat dilihat dan dipraktikkan dalam hidup sehari-hari.

Praktik iman harus dimulai dari lingkungan sendiri, yaitu keluarga dan gereja.

Nasihat-nasihat penulis Ibrani ini sangat penting, oleh karena saat itu orang-orang Kristen sedang berhadapan dengan tekanan dari luar, yakni penganiayaan dari orang-orang Yahudi yang membenci kekristenan.

Namun itu semua tidak boleh menjadi alasan untuk hanya peduli pada diri sendiri. Justru mereka harus meneguhkan kasih persaudaraan agar bisa saling menguatkan (ayat 1).

Wujud nyata kasih persaudaraan adalah kerelaan memberikan tumpangan kepada sesama anak Tuhan (ayat 2).

Mungkin penganiayaan yang datang pada mereka berasal dari keluarga sendiri yang mengusir anak Tuhan ke luar rumahnya.

Apabila ini terjadi maka kewajiban sesama anak Tuhan untuk menampung mereka, karena belum ada hotel yang dapat menampung mereka.

Mereka juga mesti menolong orang-orang hukuman. Yang dimaksudkan di sini adalah orang-orang yang dipenjarakan karena iman.

Mungkin pada waktu mereka menolong sesama mereka, ada resiko yang akan dihadapi. Kasih sejati berani mengambil risiko menolong mereka (ayat 3).

 Hal lain yang diingatkan oleh Penulis Ibrani, yaitu mereka harus menjaga kekudusan rumah tangga mereka dan tidak membiarkan masalah keuangan menghancurkan keharmonisan keluarga mereka (ayat 4-5).

Hal ini penting, oleh karena begitu banyak pasangan suami/istri yang bercerai oleh karena masalah keuangan. Konsumerisme, hedonisme, telah menjerat begitu banyak keluarga Kristen hidup dalam ketiadaan kasih. 

Sumber: Pos Kupang
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved