Breaking News

Renungan Harian Kristen Protestan

Renungan Kristen Rabu 28 Agustus 2019 'Apakah Masih Pantas Kita Sebut “Orang Lain” Kafir dan Najis?'

Renungan Kristen Rabu 28 Agustus 2019 'Apakah Masih Pantas Kita Sebut “Orang Lain” Kafir dan Najis?'

Editor: maria anitoda
Dok Pribadi/Mesakh A.P. Dethan
Renungan Kristen Rabu 28 Agustus 2019 'Apakah Masih Pantas Kita Sebut “Orang Lain” Kafir dan Najis?' 

Hal ini membuka pikiran Petrus untuk memahami arti dari mimpinya dan berkata "Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang.

Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya (Kisah 10:34).

Membuka diri bagi karya dan tuntunan Roh Kudus (baik dalam kasus Kornelius yang Kafir maupun Petrus yang Yahudi) memampukan seseorang untuk berpikir positif dan merobohkan pemikiran yang dangkal dan sempit. 

Roh Kudus dapat bekerja dalam diri kita jika kita juga membangun hubungan yang akrab dengan Tuhan (melalui doa dan ibadah).

Melalui hubungan yang akrab dengan Tuhan, kita diajar untuk menerima cara kerja Tuhan, bahwa Ia akan bertindak bebas dan aktif, jauh seperti yang kita bayangkan dan pikirkan.

Dalam masyarakat yang majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku dan latarbelakang sikap saling menghargai dan menghormati cenderung semakin terkikis. Ego kelompok, ego partai, ego suku, ego gereja, ego denominasi sering menjadi pemicu bagi pertentangan dan konflik dalam masyarakat.

Orang percaya yang melanjutkan Karya penyelamatan Kristus dan ajaran Kristus dalam dunia harus mampu melepaskan egonya yang menghambatnya menjadi gereja Tuhan yang sejati.

Di dalam kemajemukan tersebut diperlukan pemahaman tentang Allah yang berkarya bagi semua

Dari tiga huruf EGO, sebetulnya cukup kita membuang satu huruf saja E dan pakailah GO.

Artinya apa? Artinya kita keluar dari cara berpikir sempit dan pergi kepada keluasaan berpikir; artinya dalam kehidupan ini kita memerlukan orang lain kita harus mampu berjalan bersama orang lain, bukan hanya mementingkan diri sendiri.

Tidak ada hak kita untuk menghakimi siapapun baik diri sendiri maupun orang lain, bahkan menolak untuk mengasihinya, karena kasih dan berkat-berkat Allah dinyatakan bagi semua manusia dan dunia ini.

Jadi apakah masih pantas kita menyebut “orang lain” kafir dan najis? (*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved