Renungan Harian Kristen Protestan
Renungan Kristen Rabu 28 Agustus 2019 'Apakah Masih Pantas Kita Sebut “Orang Lain” Kafir dan Najis?'
Renungan Kristen Rabu 28 Agustus 2019 'Apakah Masih Pantas Kita Sebut “Orang Lain” Kafir dan Najis?'
Pemilihan dan karunia Roh Kudus yang menghubungkan antara masa karya pelayanan Yesus dan Pekerjaan PI para rasul (Kisah 1:2). Amanat Agung untuk mengabarkan Injil keseluruh dunia diwujudkan oleh para saksi sebagai bentuk dari kelanjutan pewartaan Karya dan ajaran Yesus oleh gereja.
Pertanyaan sentral dalam Kisah adalah apakah gereja Kristen asal kafir bagian dari umat Allah atau tidak.
Sejak awal pertanyaan tentang pemulihan Kerajaan Israel, yang bersifat particularistik justru dijawab oleh Yesus tentang janji karunia Roh Kudus bagi para murid, yang bersifat universalistik untuk PI ke seluruh dunia (lihat Kisah 1:6b).
Bagi Lukas melalui Karya Roh Kudus muncul gereja sebagai Israel sejati dari orang-orang Yahudi dan orang-orang Kafir. Hal ini bukan saja melegitimasi pemberitaan gereja, tetapi juga membuka pintu yang lebar bagi jemaat mula-mula bagi suatu gerakan oikumene.
Berawal dengan pertobatan sida-sida dari Etiopia (orang Kafir) dalam kisah 8:28-40, lalu Pertobatan Paulus (orang Yahudi radikal) dalam kisah 9:1-22; 22:3-21;26:9-20 untuk menegaskan maksud tersebut.
Hal ini diperjelas dalam kisah Kornelius (orang Kafir) yang dipertemukan dengan Rasul Petrus (orang Yahudi) bahwa baik orang kafir maupun orang Yahudi masuk dalam rencana penyelamatan Allah.
Karunia Roh Kudus ternyata juga bagi orang Kafir (Kisah 10: 44) merupakan penggenapan akan janji Yesus dalam Kisah 1:5 dan menuntun seperti pada peristiwa keturunan Roh Kudus kepada suatu etape penting dalam rencana penyelamatan Allah.
Ingatan pada kata-kata Yesus yang bangkit dalam kisah 11:16 (band Kisah 1:5) memperjelas bahwa dalam pandangan Lukas sebagai penulis Kisah rasul bahwa karunia roh bagi orang kafir dan karya penyelamatan Allah yang bersifat universal cocok satu dengan yang lain.
Juga akhirnya orang-orang Kristen Yahudi di Yerusalem dapat menerima pandangan bahwa orang-orang kafir juga diijinkan untuk mendapatkan keselamatan Allah (band Kisah 11:18).
Karya Allah dalam Kristus bukan hanya bagi suatu bangsa tetapi bagi seluruh suku bangsa di dunia.
Allah bagi semua orang dan karena itu gereja sebagai wujud dan tanda-tanda kehadiran Allah juga harus terbuka bagi semua orang tanpa diskriminasi atau terjebak dalam pemikiran-pemikiran dan tindakan yang sempit.
Undangan Kornelius dan kesediaan Petrus kerumah Kornelius (orang kafir dan najis dalam pandangan Petrus) karena dituntun oleh Roh Kudus menghadirkan paradigma baru : “dihadapan Allah semua manusia adalah sama”.
Cara kita memandang orang lain tanpa kita sadari justru menciptakan jurang diantara kita.
Petrus di mata Kornelius (sang perwira tinggi) adalah orang Yahudi atau manusia yang sementara dijajah oleh pemerintahnya (Kaiser Romawi). Kornelius dimata Petrus adalah bukan seorang kafir biasa, ia adalah musuh utama orang Yahudi karena bangsa Italia-Romawi sedang menjajah Israel.
Roh Kudus bekerja melalui cara yang mungkin tidak pernah kita pikirkan. Dalam contoh Petrus dan Kornelius, Roh Kudus juga datang kepada orang-orang yang bersunat maupun tidak bersunat, orang yang sudah mengenal Kristus maupun juga belum mengenal Kristus. Roh Kudus juga datang kepada Kornelius yang tidak bersunat, yang makan makanan haram dan yang menjajah Israel.