Mahkamah Kontitusi Tolak Gugatan Gerindra, Ini Komentar Akademisi FISIP Unwira
penegasan yuridis bahwa bukti-bukti yang diajukan dalam gugatan para caleg yang tidak lolos itu dinilai tidak kuat.
Penulis: Gecio Viana | Editor: Rosalina Woso

Lebih lanjut, pemilih pada kelompok generasi baby bomers tdn generasi X yang agak feodal sudah berubah menjadi milenial secara watak.
"Mereka tidak lagi kaku dan feodal. Dengan terpaan berita TV dan media sosial atau daring, pergeseran mind set itu nyata sekali. Artinya saat ini kelas menengah yang rasional dan matang secara emosi itu sudah mulai membesar segmennya baik di kota seperti di Kota Kupang maupun di kabupaten-kabupaten.
Watak baru yang lebih milenial inilah, ujar Mikhael, yabg membuat para pemilih tidak lagi mau mendukung calon-calon yang berwajah lama.
"Mereka mau mendukung anak-anak muda dan tokoh-tokoh populer berkualitas. Jadi bukan hanya populer tapi juga berkualitas dalam persepsi merek. Nah, karena politik itu soal persepsi sehingga hal ini dampaknya sangat kuat," papar.
Mikhael mencontohkan, dengan solidnya dukungan untuk wajah baru seperti Ansy Lema di hampir semua kecamatan di Kota Kupang. Sehingga menurutnya kali ini kegagalan para incumbet juga disebabkan oleh hal ini.
• Sinyal Kuat, Pimpinan DPRD NTT Dari Partai Golkar Diwakili Perempuan, Baca Gagasannya Tentang Gender
• Jokowi Bakal Punya Cucu Lagi, Selvi Ananda, Isteri Gibran Rakabuming Dikabarkan Hamil Anak Kedua
Bahkan, lanjut Mikhael, bukan saja para pemilih milenial yang memang umumnya memilih caleg-caleg muda tetapi juga karena para orang tua di level kelas menengah kota yg umumnya mengalami semacam kesadaran baru menjadi pemilih "bergaya muda".
"Mereka merasa bahwa mereka sudah lebih melek informasi, tidak ketinggalan zaman, dan sudah ikut trend bahkan sedikit gaul sehingga dalam sikap politik pun mereka terpotret cenderung bergaya milenial," contohnya.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gecio Viana)