100 Tahun SDK Soa di Ngada, Harus Menjadi Sekolah Kabar Suka Cita
misa dilaksanakan Kamis (1/8/2019) bertempat di Lapangan SDK Soa Kecamatan Soa Kabupaten Ngada.
Penulis: Gordi Donofan | Editor: Rosalina Woso
Pendidikan nilai, kata dia penting ditanamkan di era yang semakin rentan ini. Tanamkan nilai-nilai itu melalui keteladanan, baik guru, orang tua maupun masyarakat.
Bupati Ngada Paulus Soliwoa dalam sambutan tertulis yang dibacakan Asisten III Iju Maria Albina menegaskan pula peran orang tua, guru dan masyarakat dalam membentuk karakter melalui penanaman nilai melalui keteladanan.
Karena itu, momentum perayaan seabad, kata Soliwoa menjadi ruang refleksi atas cara yang sudah dilakukan dalam mendidikan anak-anak kita. Sehingga tujuan pendidikan benar-benar dapat tercapat yakni membawa kesejahteraan bagi manusia.
Perayaan seabad ini perlu perkuat komitmen semua pihak dalam menggerakan partisipasi yang kuat guna membangun Ngada yang unggul dan mandiri.
Untuk mencapai harapan itu, maka perlu pembangunan bidang pendidikan yang melibatkan partisipasi banyak orang di dalamnya dan dilandasi dengan penanaman nilai dan pembentukaran karakter unggul.
Ada Sejarah SDK Soa di Ngada
Menurut catatan Buku Perjanjian Suci yang ditulis Urbanus H.A No yang diterbitkan mengenang seabad sekolah ini, jejak misionaris di Soa sejak tahun 1917 menjadi tanda dimulainya misi pendidikan yang membawa penguatan sumber daya manusia di tanah Soa.
Jadi kehadiran sekolah Katolik hingga saat ini memang tidak terlepas dari kehadiran misionaris yang membawa ‘kabar sukacita Injili’ melalui misi pendidikan.
Pada tahun 1917, Misionaris pertama Fransiscus de Lange, SVD masuk di tanah Soa.
Ketika itu, de Lange, SVD adalah pastor Paroki Ndona. Dia berjumpa dengan pemimpin Soa berpengaruh kala itu di Borowa, sebuah kampung di Soa bernama Meka Wio Sola.
De Lange, SVD diterima dengan penuh keramahan di Soa oleh Wio Sola. Dalam perjumpaan itu Wio Sola sangat merespons kehadiran misionari di tanah Soa yang kemudian dengan sukarela menyerahkan sebidang tanah untuk didirikan tempat ibadat (Kapela), di sebelah timur kampung Borowa yang bernama ‘Baruau’.
• Ini yang Akan Dilakukan Maung Bandung Lawan Persela Lamongan Seusai Kalah dari Barito Putera
• Resmi Jadi Istri Abdullah Alwi, Ini Foto Pernikahan Mewah Tania Nadira Mantan Istri Tommy Kurniawan
• Dirut RSD Aeramo Sebut Aksi Kemanusian OMK Sanjose dan Stemada Patut Ditiru
Tahun 1918, De Lange memrakarsai berdirinya sekolah dekat ‘Baruau’ yang diberi nama SRK, Soa, Sekolah Rakyat Katolik Roma.
Sejak saat itu proses belajar mulai berjalan meski secara legalitas eksistensi sekolah ini baru dinyatakan didirikan pada tahun 1919, tepatnya tanggal 1 Agustus.
Sekolah ini di zamannya menampung bukan hanya anak-anak dari dataran Soa, tetapi juga dari sekitarnya seperti Naru, Boba, Menge, Gou, Poma,Tanawolo, Wangka, Riung, Ri’a, Warukia, Lengkosambi dan Nggolonio.
Perayaan seabad SDK Soa dihadiri ratusan undangan belum termasuk dari komunitas-komunitas sekolah. Diramaikan dengan berbagai atraksi seni dari berbagai sekolah yang berada di dataran Soa.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gordi Donofan)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/suasana-perayaan-100-tahun-sdk-soa.jpg)