100 Tahun SDK Soa di Ngada, Harus Menjadi Sekolah Kabar Suka Cita
misa dilaksanakan Kamis (1/8/2019) bertempat di Lapangan SDK Soa Kecamatan Soa Kabupaten Ngada.
Penulis: Gordi Donofan | Editor: Rosalina Woso
Romo Yos meminta, agar sekolah ini terus menghidupi nilai kekatolikan-nilai cinta kasih, kebenaran dan keadilan tanpa diskriminasi.
Terus bersemangat mendorong semua komponen, karena pendidikan adalah kehendak Tuhan untuk membagi kasih satu sama lain, karena esensi karya pendidikan adalah kasih.
"Jadi, kalau ada yang tidak terlibat berarti tidak bertanggung jawab, tidak memberi makna untuk orang lain. Kita harus memiliki hati yang prihatin dan membangun komitmen serta kesetiaan untuk berkorban," ujarnya.
Para pendiri ketika mendirikan sekolah ini, kata Romo mengingatkan, karena kepedulian yang besar, supaya orang Soa menjadi cerdas dan berguna bagi dirinya dan orang lain.
Karena itu, kata Romo Yos Daslan, syukur seabad harus menjadi buah pertanggung jawaban para pengelola dan seluruh umat agar pendidikan membawa perubahan. Dan, perubahan itu menjadi amat penting.
Sebagai orang beriman Katolik, perubahan harus melalui puasa- puasa menghasilkan tobat, dan tobat menghasilkan perubahan itu sendiri.
"Melalui perubahan, kita menumbuhkan nilai-nilai kasih yang redup akibat masuknya nilai-nilai baru yang tidak sesuai dan merusak. Dalam semangat kebersamaan ini kita tinggalkan mental cuci tangan dan lemah partisipasi yang tidak sesuai dengan nilai kasih. Kita perlu anggur baru, sebagaimana kata firman Tuhan, yakni perubahan," jelasnya.
Romo Yos meminta komponen pendidikan, guru, orangtua dan masyarakat agar bahu membahu menanamkan nilai-nilai kehidupan yang berlandaskan kasih dalam sekolah. Nilai-nilai ini baru bisa bertumbuh kalau dilandasi keteladanan dari berbagai komponen ini. Baik di sekolah maupun pendidikan dalam keluarga maupun dalam lingkungan harus menghayati apa yang diajarkan.
Sehubungan dengan hal tersebut, Romo Yos Daslan juga mengingatkan, mengajar bukan untuk mendapatkan, tetapi untuk memberi.
Memberi warna pendidikan yang berlandaskan nilai kekatolikan dengan landasan kasih yang bertolak dari keteladanan Kristus sebagai ‘batu sendi’ kehidupan.
"Sekolah Katolik adalah sekolah umat, yang hidupnya bergantung pada umat yang adalah Gereja. Karena itu dalam berbagai ruang, pendidikan meminta peran komponen bukan saja guru, tetapi juga orang tua dan umat secara menyeluruh," ujarnya.
Menjadi Sekolah Kabar Suka Cita
Sementara itu, Ketua Yasukda Ngada Romo Silverius Betu minta umat dan guru di lembaga pendidikan menjadikan sekolah Katolik sebagai ‘kabar sukacita’ yang menggembirakan dan menyenangkan. Hal ini sesuai dengan misi Injil sebagai ‘kabar sukacita’.
"Guru membawa kabar sukacita kepada siswa, kepada masyarakat demikian sebaliknya umat membawa kabar sukacita bagi anak-anak mulalui dari dalam keluarga," paparnya.
Sementara Ketua DPRD Ngada Helmut Waso dalam sambutan singkatnya menekankan pentingnya pendidikan karakter mulai dari dalam keluarga, tidak hanya dibebankan kepada guru di sekolah.