Kegiatan Pan Indo Hash 2019 di NTT Telah Selesai, Begini Komentar Para Peserta
Kegiatan Pan Indo Hash 2019 di NTT Telah Selesai, Begini Komentar Para Peserta
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Kanis Jehola
Kegiatan Pan Indo Hash 2019 di NTT Telah Selesai, Begini Komentar Para Peserta
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Usai sudah rangkaian kegiatan Pan Indo Hash ke 35 tahun 2019 di Provinsi Nusa Tenggara Timur, khusunya di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang (Fatuleu dan Pantai Alamanda).
Sebagaimana moto Pan Indo Hash, Fun, Fitness dan Friendship, Hasher, sebutan peserta Pan Indo Hash tujuan kegiatan mereka untuk berenang-senang, berolahraga dan menjalin persahabatan dan ini rutin mereka lakukan dua tahun sekali.
• PDIP NTT Siap Sukseskan Kongres PDIP 2019 di Bali
Hasher merupakan pengusaha kelas menengah ke atas dari seluruh Provinsi di Indonesia bahkan menjangkau luar negeri. Ketika mereka hadir di daerah-daerah tertentu tak jarang terbersit niat untuk berinventasi di daerah tersebut.
Pan Indo Hash di NTT, dilaksanakan selama tiga hari, 1-3 Agustus 2019. Namun, sebelum kegiatan itu berlangsung, para Hasher dari beberapa provinsi ada yang sudah lebih dahulu menjelajahi sejumlah destinasi di NTT.
• Ini Kontribusi Nestle Milo NTT Sukseskan Kegiatan Pan Indo Hash 2019
Sejumlah destinasi yang mereka kunjungi seperti pulau Komodo, danau Kelimutu, Mulut Seribu, 17 Pulau Riung dan macam-macam. Mereka menghabiskan waktu kurang lebih sebulan sebelum berkumpul di Kota Kupang.
Tomy, Hasher asal Bengkulu, kepada POS-KUPANG.COM, Sabtu (3/8/2019) di Pantai Alamanda, Kabupaten Kupang, menyebut NTT amat berkenan baginya, karena memiliki kekayaan alam yang menurutnya sangat langka.
"Alamnya bagus, destinasi wisata unik, seperti danua tiga warna di Ende, pulau Komodo di Labuan Bajo. Itu luar biasa. Saya baru pertama kali datang ke NTT, banyak pengalaman membekas dalam benak saya," ungkapnya.
Menurutnya, NTT tidak hanya memiliki alam yang bagus tetapi juga budaya dan kebiasaan yang perlu dijaga. "Di mana-mana saya lihat orang jual makanan khas NTT dari hasil alam, seperti umbian, jagung dan lain-lain. Selain itu masyarakatnya sangat ramah dan tulus dan tidak macam-macam sehingga saya pun tidak enggan menyapa dan bergaul dengan mereka," ungkapnya.
"Saya akan kembali ke Palembang akan saya ceritakan ke orang-orang NTT luar biasa indah dan nyaman," ungkapnya.
Pujian senada diungkapkan Engga Waty. Engga menilai menilai orang-orang NTT sangat ramah dan sopan. Hal itu nampak dari cara dan sikap mereka berkomunikasi.
"Saya sangat nyaman ketika bercerita dengan mereka. Mereka menyapa saya dengan ramah. Ketika saya minta tolong untuk foto juga mereka bersedia dan sangat tulus, tidak minta ini itu," ungkap Engga Waty.
Menurutnya, kesederhanaan warga menjadi nilai lebih dan patut diapresiasi. Ia pun merasa heran warga mau membantu mereka secara gratis. "Biasanya jaman sekarang serba uang. Eh di sini kita minta tolong foto, minta ditemani berbelanja, gratis. Ini luar biasa," ungkapnya.
Sementara itu, Hasher Neli Waty mengatakan, awalnya ia sempat agak kikuk saat mau bercakap-cakap dengan warga. Namun setelah mencoba, dirinya malah merasa nyaman dan menghabiskan banyak waktu bercerita dengan warga.
"Awalnya memang agak takut. Satu karena baru pertama kali ke sini, terus kan lihat wajah-wajah mereka, maaf ya, kelihatan sangar begitu, tetapi mereka ternyata sangat ramah dan sopan dan saya senang bercerita dengan mereka," ungkapnya.