Begini Sambutan Warga Fatuleu Sambut Kedatangan Peserta Pan Indo Hash

Warga Kecamatan Fatuleu Tengah, Kabupaten Kupang menyambut antusias kedatangan peserta Pan Indo Hash, Jumat (2/8/2019)

Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Adiana Ahmad
POS-KUPANG.COM/ LAUS MARKUS GOTI
Gubernur NTT bersama peserta Pan Indo Hash 2019 

Begini Sambutan Warga Fatuleu Sambut Kedatangan Peserta Pan Indo Hash

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Laus Markus Goti

POS-KUPANG.COM | KUPANG - Warga Kecamatan Fatuleu Tengah, Kabupaten Kupang menyambut antusias kedatangan peserta Pan Indo Hash atau Hasher ke 35 tahun 2019, Jumat (2/8/2019).

Sejak pagi mereka sudah menunggu kedatangan para Hasher di lapangan dekat Pasar Oelbiteno, tidak jauh dari lokasi wisata gunung Fatuleu.

Kegiatan hari ke dua Pan Indo Hash berpusat di lapangan belakang pasar Oelbiteno. Rangakaian kegiatan dibuka dengan long run sekitar 45 km oleh dua ratus Hasher, mengambil titik start dari lapangan tembak Brimob sekitar pukul 06.00 pagi. Mereka tiba di lokasi sekitar pukul 15.00 Wita.

Sementara itu Hasher lainnya bersama warga setempat menunggu di lapangan. Dilapangan yang berada di ketinggian tersebut dipenuhi oleh para Hasher dan warga setempat.

Gubernur NTT bersama peserta Pan Indo Hash 2019
Gubernur NTT bersama peserta Pan Indo Hash 2019 (POS-KUPANG.COM/ LAUS MARKUS GOTI)

Dari lapangan, kita bisa melihat gunung batu Fatuleu yang tingginya diperkiran mencapai 1.000 m serta lembah-lembah yang penuh dengan pepohonan. Para Hasher bersama warga mengisi waktu dengan manari, bercerita dan foto bersama.

Ada Penampakan Aneh di Kuburan Agung Hercules, Ini Reaksi Isa Bajaj

Di pinggir-pinggir lapangan tampak berjejer stand-stand warga setempat. Mereka menjual aneka kuliner lokal, seperti ubi ungu rebus, kacang tanah, singkong rebus/goreng, juga sambal lua't sambal khas orang timor. Tidak hanya itu, mereka juga menjual jeruk dan kain tenun dan aneka aksesoris motif tenun. Para Hasher pun tampak berkerumun di stand-stand warga.

Raja dari dua Desa di sekitar Gunung Fatuleu, yakni Raja desa Oelbiteno dan desa Nuanseu turut hadir dalam kesempatan itu, yaitu Neno Fredi Koen Manas Raja Desa Oelbiteno dan Suan Jilal Raja Desa Nunseu. Keduanya menyambut antusias kehadiran para Hasher.

Hadir pula Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Kupang, Korinus Masneno dan Jerry Manafe,

Hasher Berebutan Foto Bersama Raja Neno Fredi Koen Manas

Para Hasher berebutan foto bersama Raja Neno Fredi Koen Manas. Raja Desa Oelbiteno ini saat tampil mengenakan pakian kebesarannya. Ia didampingi oleh sejumlah tokoh adat setempat.

Di kepalanya ada mahkota ayam dan dihiasi berbagai pernak-pernik. Di lengannya ada gelang berwarna perak. Kata Raja Neno Fredi Koen Manaf, gelang tersebut merupakan peninggalan sejak dari jaman Maja Pahit.

Waduh Gara-gara Foto dan Video Tak Senonoh Ini, Farhat Abbas Laporkan Hotman Paris ke Polisi

Ia menggenggam sebuah tongkat dari kayu Cendana. Tongkat tersebut berbentuk ular dan usianya sudah puluhan tahun. Rambut dan janggutnya panjang dan sudah beruban.

Kehadiran Neno Fredi Koen Manaf sontak membuat penasaran para peserta Pan Indo Hash atau hasher yang datang dari sejumlah provinsi di Indonesia dan bahkan luar negeri.

Mereka mengerumi Raja Neno Fredi dan melontarkan berbagai pertanyaan dan silih berganti mengajak raja foto bersama. Raja Neno Fredi pun dengan ramah menyapa para Hasher. Ia pun tak enggan meminjam tongkatnya kepada para Hasher untuk difoto.

Peserta Pan Indo Hash di Fatuleu Kabupaten Kupang
Peserta Pan Indo Hash di Fatuleu Kabupaten Kupang (POS-KUPANG.COM/ LAUS MARKUS GOTI)

Diwawancarai POS-KUPANG.COM, Raja yang sudah berusia 89 tahun ini mengatakan, dirinya merupakan keturunan ke 14 raja Oelbiteno.

Ramalan Zodiak Cinta Para Jomblo, Sabtu 3 Agustus 2019:Virgo Beruntung, Aqurius Ada Cinta

Lanjutnya, dirinya sudah meramalkan akan ada saatnya orang-orang dari luar NTT bahkan luar negeri datang ke Fatuleu. Ia mengaku senang dengan kedatangan para Hasher dan ia menjamin keamanan dan kenyamanan para Hasher selama berada di Oelbiteno.

Lany, Hasher asal Cirebon mengaku sangat tertarik dengan suasana dan lingkungan alam di Fatuleu. "Sangat menarik dan nyaman berada di sini. Semuanya tampak natural dan orang-orang di sini juga natural dan polos, mereka juga sederhana," ungkap Lany.

Bahkan Lany juga sempat ikut menguyah sirih pinang yang sudah menjadi budaya masyarakat setempat. "Saya pengen coba, kok saya lihat semua ibu-ibu sama bapak-bapak di sini bibirnya pada merah semua, eh ternyata nguyah sirih pinang," ungkapnya.

Hasher dari Palembang, Warga Fatuleu Sopan dan Ramah

Pujian untuk warga Fatuleu diungkapkan oleh para Hasher dari Palembang. Mereka menilai orang-orang Fatuleu sangat ramah dan sopan. Hal itu nampak dari cara dan sikap mereka berkomunikasi.

"Saya sangat nyaman ketika bercerita dengan mereka. Mereka menyapa saya dengan ramah. Ketika saya minta tolong untuk foto juga mereka bersedia dan sangat tulus, tidak minta ini itu," ungkap Hasher Engga Waty.

Menurutnya, kesederhanaan warga menjadi nilai lebih dan patut diapresiasi. Ia pun merasa heran warga mau membantu mereka secara gratis. "Biasanya jaman sekarang serba uang. Eh di sini kita minta tolong foto, minta ditemani berbelanja, gratis. Ini luar biasa," ungkapnya.

Sementara itu, Hasher Neli Waty mengatakan, awalnya ia sempat agak kikuk saat mau bercakap-cakap dengan warga. Namun setelah mencoba, dirinya malah merasa nyaman dan menghabiskan banyak waktu bercerita dengan warga.

Peserta Pan Indo Hash 2019 bersama tokoh masyarakat Fatuleu
Peserta Pan Indo Hash 2019 bersama tokoh masyarakat Fatuleu (POS-KUPANG.COM/ LAUS MARKUS GOTI)

"Awalnya memang agak takut. Satu karena baru pertama kali ke sini, terus kan lihat wajah-wajah mereka, maaf ya, kelihatan sangar begitu, tetapi mereka ternyata sangat ramah dan sopan dan saya senang bercerita dengan mereka," ungkapnya.

Hasher Suka Kuliner Lokal

Sejumlah Hasher yang diwawancarai POS-KUPANG.COM, terkait kuliner lokal yang dijual oleh warga, mengaku menyukai ubi ungu rebus, singkong rebus, jeruk dan kacang tanah rebus.

Theresi, Hasher asal Palembang mengatakan, Ubi ungu enak dan manis. Ia suka, apalagi hanya direbus dan tidak dicampur dengan bahan-bahan tambahan.

Ia juga suka singkong rebus dan sambal lua't, sambal khas Timor. Menurutnya, rasa singkong memang hampir sama di setiap daerah, namun sangat berbeda ketika dimakan dengan sambal lua't.

Sejumlah Hasher di sela-sela mengikuti rangkaian kegiatan Pan Indo Hash tersebut, menikmati aneka kuliner lokal yang dijual warga.

Gubernur Viktor Laiskodat Lepas Peserta Medium Run dan Short Run

Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat turut hadir dalam Pan Indo Hash tersebut. Orang nomor satu di NTT ini tiba di lokasi sekitar pukul 13.00 Wita. Ia tampil sportif mengenakan kaos olahraga dipadu celana panjang training. Gubernur disambut antusias oleh warga dan Hasher.

Pada kesempatan itu, kepada warga dan Hasher Viktor mengatakan siapapun yang datang ke NTT pasti senang dan bahagia, karena NTT sangat indah. "Kita punya banyak destinasi wisata. Kemana saja di NTT pasti ketemu tempat wisata yang indah. Jadi tidak sia-sia kalau datang ke NTT," ungkapnya.

Gubernur juga membuka ruang kepada Hasher dari mana saja untuk berinvenstasi di NTT. Bahkan ia mengatakan jika ada yang mempersulit para pengusaha untuk berinvenstasi akan ia hadapi.

Sebelum melepas Hasher, peserta short run dan medium run Gubernur didampingi tokoh masyarakat setempat dan panitia Pan Indo Hash menanam anak pohon Cendana tidak jauh dari lokasi kegiatan.

Warga Ungkap Mistis di Balik Gunung Fatuleu

Salah seorang warga setempat, Atles Manane mengungkap mistis di balik gunung Fatuleu. Atles merupakan orang pertama yang dipercayakan oleh warga dan tokoh adat setempat untuk menjaga lokasi wisata gunung Fatuleu.

Menurutnya, warga setempat sangat menghormati gunung Fatuleu sehingga mereka tidak sembarangan mengambil kayu, pohon, hewan atau apa saja di sekitar gunung tersebut.

"Ini turun temurun. Kami diajarkan untuk tidak buat sembarang di gunung itu dan kami warga di sini sangat taat," ungkapnya. Menurutnya jika ada pengunjung yang bukan warga setempat atau dari luar Fatuleu, harus bertemu terlebih dahulu dengan Raja Suan Jilal, Raja Desa Nunseu dan tokoh adat setempat.

Setelah bertemu Raja dan tokoh adat, selanjutnya akan dilakukan ritual adat di dekat lokasi wisata agar pengunjung bisa berkeliling dengan aman dan pulang dengan selamat.

Ia katakan, jika langsung masuk ke area gunung, maka pengunjung akan mengalami hal-hal aneh dan juga bisa tersesat. Selain itu pengunjung dilarang mengambil apapun dari area gunung. "Bahkan daun pun jangan dipetik. Jadi itu harus ditaati," ungkapnya.

Hari Ketiga Hasher ke Pantai Alamanda Kupang Barat

Sekitar pukul 16.00, usai para Hasher, peserta medium run dan short run kembali, para Hasher berpamitan dengan warga setempat. Selanjutnya mereka menuju, Subasuka Kota Kupang untuk diner party. Sementara besok, 3 Agustus 2019 peserta diarahkan ke Batulesa, pantai Alamanda, Kupang Barat.(*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved