NTT Kebut Tiga Terminal Barang Internasional, Dorong Ekspor Impor

Terminal Barang Internasional (TBI) mulai dibangun di tiga lokasi berbeda, yaitu Wini, Motaain dan Motamasin

Penulis: Teni Jenahas | Editor: Alfons Nedabang
POS-KUPANG.COM/THOMAS MBENU NULANGI
Pengerjaan Terminal Barang Internasional di Desa Humsu Wini, Kabupaten Timor Tengah Utara, Jumat (5/7/2019). 

"Jangan kita kirim gelondongan terus diproduksi orang lalu kita impor lagi dari orang. Hari ini akses target pasar kita ada, bagaimana mampu berinvestasi maka itu kita perlu skema khusus, duduk bersama pemerintah dan pengusaha untuk membahas ini," imbuh Arthur.

Punya Produk

Pengamat Ekonomi Regional, Dr. James Adam mengatakan, pembangunan terminal barang di Wini, Motaain dan Motamasin, tiga lokasi sebagai pintu masuk wilayah NTT, memang sudah mesti ada untuk mendukung ekspor impor.

Dr. James Adam, MBA
Dr. James Adam, MBA (DOK PK)

Namun karena selama ini barang ekspor dan impor masih melalui pintu Pelabuhan Tenau dan Surabaya sebagai pelabuhan transit, maka pemerintah daerah harus membuka ke tiga lokasi itu sebagai lokasi baru untuk in and out (keluar masuk) produk.

Jika pemda sudah memiliki produk yang akan di ekspor dan impor dalam jumlah besar maka pembangunan terminal barang di tiga lokasi tersebut menjadi penting.

Namun jika volume ekspor dan impor masih sedikit, maka lebih baik mengoptimalkan saja Pelabuhan Tenau dan Pelabuhan Perak sebagai transit sebab low cost (biaya rendah).

Renungan Harian Katolik Jumat 12 Juli 2019 Matius 10 : 16- 23 Tantangan Perutusan

Soal dampak ekonomi, jika fasilitas di tiga lokasi sudah tersedia dan volume produk meningkat maka yang pasti ekonomi daerah akan terdorong naik. Apalagi kantong-kantong ekonomi kecil di sekitar lokasi tersebut akan terbuka.

Untuk itu, pemda dan pengusaha lokal harus bisa membuat perencanaan dan strategi yang baik agar ketika ketiga lokasi itu dibuka, maka produk harus tersedia dan kontinuitas distribusi komoditas tidak boleh macet tetapi harus lancar setiap waktu.

"Oleh karena itu, harus dibuat analisa jangka panjang paling tidak 25 tahun berkaitan produk ekspor juga impor supaya pergerakan ekonomi nantinya tidak berjalan sesaat saja," kata James Adam. (jen/mm/yel/yen/yon)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved