Bupati Kamelus Bangga dan Minta Nilai Budaya Sampai ke Generasi Milenial
Bupati Manggarai, Dr. Deno Kamelus Bangga dan Minta Nilai Budaya Sampai ke Generasi Milenial
Penulis: Aris Ninu | Editor: Adiana Ahmad
Pasalnya, pembuatan rumah gendang ada aturan adat dan tahapan yang berbeda dengan membangun rumah.
"Cara kita buat rumah gendang beda dengan rumah yang lainnya Rumah gendang kayu bukan sembarang," ujar Bupati Kamelus.
• Festival Inerie 2019 : Sekda Ngada Ajak Masyarakat Ngada Rawat dan Lestarikan Budaya
Ia menegaskan,rumah gendang itu punya nilai tinggi karena dalam adat orang Manggarai rumah gendang tempat di mana dalam suatu kampung bisa menyelesaikan persoalan apa saja yang terjadi di kampung berkaitan di kehidupan.
"Pemerintah beri perhatian khusus bagi rumah gendang karena di rumah ini sebagai tempat kita selesaikan berbagai macam persoalan. Maka itu, kalau ada masalah selesai di rumah gendang. Jangan sedikit lapor. Semua konflik di masyarakat sekarang ini bisa diselesaikan berbasisi adat karena di Manggarai sudah ada perdanya," tegas Bupati Kamelus.
Ia mengungkapkan, rumah gendang itu rumah mencari solusi maka itu pemerintah hadir sebagai bagian sebagai sikap untuk memberikan penghargaan yang tinggi karena rumah gendang fungsi yang luar biasa.
• Festival Inerie 2019, Dra. Sri Hartini, M.Si: Ada Masalah Kebudayaan di Kabupaten Ngada
"Di dalam rumah gendang juga ada simbol ada yang punya makna bagi orang Manggarai. Ada
pasang tanduk kerbau itu punya arti orang Manggarai pekerja keras.
Motif bintang orang Manggarai punya cita-cita tinggi dan kain hitam selalu berusaha cari solusi
Pemerintah hadir karena kita berbangga dan saya minta nilai budaya ini harus ditanamkan sampai generasi milennial," papar Bupati Kamelus.
Orang nomor satu di Manggarai ini pun yakin dengan menghargai nilai budaya dan leluhur maka hidup seseorang tidak akan tersesat dalam perjalanan kehidupannya.
"Kita harus berbangga nilai budaya Manggarai perlu kita tanamkan sampai ke generasi milennial," tegas Bupati Kamelus.
Kletus Abut, Tokoh Masyarakat Cireng kepada wartawan mengatakan, acara congko lokap yang dilaksanakan sebagai bentuk ucapan syukur.
• Seniman asal Jepang, Vietnam dan Sri Langka Kolaborasi Seni dan Budaya dengan Seniman Flotim
"Kita bersyukur karena rumah gendang ini sudah selesai dibangun selama tiga tahun. Ini ucapan syukur atas pembangunan rumah gendang," kata Kletus.
Congko lokap dalam arti adat Manggarai, paparnya, sebagai acara pembersihan rumah adat sebelum dipakai.
"Jadi, kita bersyukur dengan pemotongan kerbau bersama seekor babi. Nanti ada acara tarian caci selama dua hari. Acara seperti ini biasanya dua minggu kita laksanakan," papar Kletus.
Ia menambahkan, semua anggota keluarga pun hadir dalam acara syukuran dan diberikan tanggungan guna menyukseskan acara congko lokap.(*)