Renungan Harian Kristen Protestan
Renungan Harian Kristen Jumat 5 April 2019 'Kemarahan dan Kebencian Hanya Bisa Mencair dengan Cinta'
Renungan Harian Kristen Jumat 5 April 2019 'Kemarahan dan Kebencian Hanya Bisa Mencair dengan Cinta'.
Namun bagi Yesus itu artinya ketika murid-murid menahan tangannya untuk membalas, mereka membiarkan tangan Allah yang bertindak bagi mereka.
Allah yang membuat yang terbaik bagi mereka.
Selain itu murid-murid diminta untuk tidak menunjukkan sikap dan reaksi yang sama persis dengan orang-orang yang berbuat jahat kepada mereka.
Murid-murid tidak menjadi hamba dari perilaku orang lain yang buruk dan membalasnya dengan sikap dan perilaku yang lebih buruk lagi, penghinaan dibalas dengan penghinaan yang lebih buruk.
Bukanlah kata-kata dan sikap orang lain yang menjadi ukuran dan perilaku kita, tetapi kehendak dan Firman Allah itulah yang menjadi ukurannya.
Jadi inilah maksudnya tamparan pada pipi kanan yang dimaksudkan oleh Yesus.
Semua ayat berikut yang dikatakan Yesus dalam pasal ini mau menegaskan bagaimana Pembalasan menurut hukum kasih, kasih Agape (Die Agape-Liebe) itu diterapkan.
Kasih Agape adalah kasih sejati.
Kata-kata dalam ayat 40-42 mempunyai latar belakang sejarah Yahudi.
Perkataan baju dan jubah menunjuk kepada aturan taurat yang diterapkan untuk melindungi manusia bandingkan misalnya Ulangan 24:1-22.
Menurut Ulangan 24, 10-13 seeorang berhak menuntut kembali barang pinjamannya, entah pakaian bagian atas atau pakaian bagian bawah, tetapi itupun dengan syarat-syarat tertentu.
Misalnya orang miskin yang mengadaikan kainnya, maka barang gadaian itu harus dikembalikan si penerima gadai pada waktu matahari terbenam sehingga ia dapat menggunakannya pada waktu tidur.
Ketika Yesus meminta murid-murid untuk juga menyerahkan jubah, itu tidak menurut hukum taurat, tetapi menurut kasih dan kemurahan.
Perkataan Tuhan Yesus tentang berjalanlah juga sejauh dua mil berkaitan dengan adat istiadat Yahudi, dimana menemani seseorang yang mengadakan perjalanan.
Sangat berbahaya jika seorang berjalan sendiri ditengah padang, maka kewajiban si pendamping untuk melindungi dari bahaya-bahaya tersebut.
Sebab jika terjadi apa-apa terhadap orang itu, jemaat atau orang dari kampung itu yang bertanggung jawab.
Bagi seorang Parisi: saya hanya menemani seorang teman yang baik, yang cocok menurut aturanku, orang berdosa tidak akan aku temani (bandingkan kisah tentang orang Samaria).
Murid-murid Yesus justru diminta untuk menunjukkan sikap yang lain untuk selalu siap untuk menemani dalam segala hal, bahkan berjalan sejauh dua mil.
Disini ajakan Yesus ini tidak menurut hukum, tetapi menurut hukum kasih, menurut sikap suka menolong dan keramahtamahan.
Termasuk memberi pertolangan dan bantuan kepada mereka yang meminta bantuan seperti yang dikatakan dalam ayat 42.
Dalam kehidupan kita selaku orang beriman, hendaklah ajaran Yesus ini yang berlaku: mengatasi kejahatan dengan kebaikan.
Orang jerman bilang „Eis schmilzt nicht durch Sturm und Frost, sondern durch Windstille und Sonnenwärme.“
Terjemahan bebas Es tidak mencair dengan badai dan Frost melainkan melalui angin yang lembut dan kehangatan matahari.
Kemarahan, dan kebencian, iri hati hanya bisa mencair dengan kehangatan cinta, kasih Agape. Begitulah kira-kira. (*)