Renungan Harian Kristen Protestan

Bukan Dunia yang Kiamat, Kamulah yang Kiamat Karena Ulahmu!

Namun yang tidak bisa kita pastikan adalah kapan kiamat itu terjadi dan dengan cara bagaimanakah kiamat itu akan terjadi?

Editor: Ferry Jahang
Dok Pribadi
Dr. Messakh Dethan 

Orang yang mau masuk Kristen harus memberikan hutannya untuk ditebang. Keselamatan manusia seakan-akan terlepas dari hutan atau alam.

Sikap demikian dilatarbelakangi oleh pandangan teologi yang berkembang di tengah-tengah warga waktu itu yang dikembangkan oleh para penginjil bahwa langit dan bumi ini akan segera berlalu dan akan dihancurkan oleh Allah.

Dan Allah akan menyediakan langit dan bumi yang baru bagi orang percaya, yaitu yang berwujud dalam kota yang indah dan damai: "Yerusalem baru" (Wahyu 21:1-8).

Sikap ini juga didukung oleh pemahaman bahwa Allah sendiri mengamanatkan kepada manusia, dalam Kitab Kejadian, untuk menaklukkan dan berkuasa atas alam.

Penebangan hutan seakan-akan dipandang sebagai bagian pelaksanaan mandat Allah sendiri, dan apalagi dipandang bahwa bukan hutan yang ditebas, tetapi setan dan para iblis.

Saya ingin menunjukkan bahwa pandangan teologi yang semacam ini sama sekali tidak benar melalui perenungan kita hari ini sebagai bagaimana yang tertera dalam bahan bacaan Alkitab Wahyu 21"1-8.

Saya beranggapan dan yakin bahwa ketika kitab Wahyu 21 mengatakan tentang ungkapan langit dan bumi yang baru, tidak berarti bahwa bumi kita yang sekarang akan dihancurkan oleh Allah, tetapi lebih kepada penyelamatan dan penyempurnaan bumi itu sendiri.

Perkataan penulis Wahyu yang menyebut dirinya Yohanes ini harus dipahami dalam konteksnya, dan sama sekali tidak boleh dipahami secara leterlek.

Dari konteksnya ada dua hal penting yang tergambar dari kitab Wahyu ini. Pertama gereja yang mendapat surat Wahyu ini sedang menderita penganiayaan oleh Negara Romawi di bawah pemerintahan Kaisar Domitianus (1:9, 6:8-11; 11:11).

Kedua dalam kitab Wahyu dilukiskan bahwa akhir dunia diharapkan agar cepat terjadi (1:1,3; 22:6,10).

Menurut John Drane (2001:508) penulis kitab Wahyu menyakini bahwa dunia adalah milik Allah, dan bukan milik kuasa-kuasa jahat yang berwujud dalam pemerintah yang lalim.

Dengan menggunakan simbol-simbol dan gambaran-gambaran yang hidup dan kuat si penulis menegaskan bahwa Allah akan bertindak membereskan segalanya, tidak peduli berapa lama tindakan itu yang nampaknya tertunda.

Akan tetapi kalau Tuhan bertindak, maka ia bukan saja mengadakan suatu permulaan baru tetapi juga menjamin bagi mereka yang setia dalam iman untuk hidup selamanya bersama Allah dalam pemerintahanNya (Wahyu 22).

Tuhan menginginkan tidak ada yang dikesampingkan (Mat 25:31-46), karena itu Ia telah datang dalam diri Yesus untuk menebus dan memberi hidup baru. Untuk semua orang yang menerimaNya ia menjamin keselematan.

Nasehat penulis kitab Wahyu ini oleh para penafsir modern dinilai cukup ampuh, karena ia mampu membangun rasa solidaritas dan rasa setiakawan di antara mereka.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved