Berita Tamu Kita
Tamu Kita : Hendrikus Kai Oka Korebima Selalu Konsisten dengan Tujuan
Menjadi pilot bukan hal mudah, tetapi berkat ketangguhan dan kegigihanya untuk tetap konsisten dengan tujuan.
Penulis: Apolonia M Dhiu | Editor: Apolonia Matilde
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Apolonia Matilde Dhiu
POS-KUPANG.COM|KUPANG- Sejak masa kanak-kanak, ia sudah bercita-cita menjadi seorang penerbang (pilot) dan kini cita-citanya sudah tercapai.
Ia menjadi seorang pilot dengan total jam terbang 1500 jam saat ini di usianya 25 tahun.
Konsepnya yang tidak ingin bersekolah di dalam ruangan dan tidak ingin lama-lama sekolah, tetapi mendapatkan uang yang banyak ternyata terwujud dengan menjadi seorang pilot.
• Hasil Liga Spanyol - Pemain Athletic Bilbao Dapat Kartu Merah, Lionel Messi Cs Gagal Raih Kemenangan
Pria kelahiran Kupang, 28 Desember 1993, pemilik nama lengkap Hendrikus Kai Oka Korebima, saat ini menjadi pilot di Maskapai Penerbangan Trans Nusa. Erik begitu akrabnya adalah salah satu dari beberapa anak NTT yang menjadi pilot.
Menjadi pilot bukan hal mudah, tetapi berkat ketangguhan dan kegigihanya untuk tetap konsisten dengan tujuan, akhirnya cucu mantan Gubernur NTT, dr. Hendrik Fernandez (alm) ini menikmati hasil perjuanganya dulu.

Apa dan bagaimana tips menjadi seorang anak muda yang sukses dalam karier?
Ikuti wawancara Wartawati Pos Kupang, Apolonia Matilde Dhiu, dengan Hendrikus Kai Oka Korebima di kediamannya, Jalan RW Monginsidi II, Kelurahan Pasir Panjang, Kota Kupang, Selasa (5/2/2019).
• Walau Bawa PSG Menang, Cavani Cedera dan Diragukan Tampil vs Man United
Bisa diceritakan kenapa Anda ingin menjadi seorang pilot. Apakah sejak kecil sudah bercita-cita menjadi Pilot?
Saya sekolah di Kota Kupang mulai dari SD, SMP, dan SMA. Kebetulan dulu mama dan papa bekerja sebagai wiraswasta dan sering jalan-jalan dan mengajak saya. Sejak kecil saya suka naik pesawat. Papa dan mama sering tanya mau jadi apa ketika besar, saya sampaikan mau menjadi pilot. Namanya juga anak-anak. Nah, satu waktu ketika kakek dari bapak saya meninggal, kami charter satu pesawat ke Larantuka. Saya bertemu dengan Kapten Genggong. Dia menggendong saya ke pesawat, dan sampaikan suatu saat bisa menjadi pilot.
Dan hal tersebut terngiang dalam pikiran Anda?
Yah, seiring berjalannya waktu, saya juga sempat ingin menjadi dokter. Sempat sekolah yang lain juga, saya daftar Universitas Parahiangan Bandung dan mengambil Jurusan Teknik Industri. Tetapi, yah karena keinginan yang besar menjadi pilot, sehingga mau cari sekolah pilot saja. Awalnya bapak tidak setuju menjadi pilot, karena saya anak tunggal. Yang setuju hanya mama dan opa Hendrik Fernandez (alm) dan oma.
Memang saya punya keluarga ada yang teknisi pesawat di Merpati namanya Om Dini Dion. Dialah yang menginspirasi. Saya tanya ke om Dini Dion, kalau saya ingin sekolah yang cepat. Kalau bisa sekolah yang tidak banyak di luar kelas, tapi dapat banyak duit. Yaa dia bilang kalo mau, jadi pilot.
Kebetulan anaknya pilot, sekarang jadi kapten di Wings Air, yakni Kapten Thomas Natalis Dion, dan Petrus Kanisius Dedy Fernandez.
Akhirnya saya ke Jakarta. Awalnya saya sempat mau melamar di Wings Flying School (Lion Grup). Waktu saya lulus di sana, ternyata kontrak saya dengan Lion Grup selama 19 tahun. Saya keberatan karena masa kontrak kerja lebih banyak dari umur saya, berarti saya menghabiskan seumur hidup saya di Lion.
Saya tidak mau dan akhirnya cari-cari lagi sekolah penerbangan lainnya. Saya sempat sekolah di Bali International Flying Academi (milik Garuda). Tepi, saya membuat masalah kecil di situ, sehingga saya dikeluarkan. Saya bingung mau sekolah apa, selama tiga bulan di luar, sempat berpikir untuk kuliah lagi.
Apakah Anda putus asa atau masih ingin cari sekolah pilot?
Mama selalu menguatkan saya, dan meminta saya untuk kembali mencari sekolah pilot dengan catatan terakhir kali cari-cari sekolah.
Saya akhirnya mendaftar di sekolah swasta, yakni Alfa Flying School di Halim Perdana Kusuma. Saya mengambil pendidikan pilot selama 18 bulan sampe selesai. Sebelum masuk ke Alfa Flying School, saya harus menjalani proses lasik mata sebagai persyaratan masuk sekolah pilot, karena mata saya minus 6,5.
Di sekolah ini saya mengambil enam bulan teori, dan sisanya saya mengambil praktik. Tetapi memang kalau sekolah swasta, rata-rata tidak mengarahkan kita kerjanya di mana tetapi cari kerja sendiri. Saat itu, saya melakukan praktik dengan terbang ke Cilacap, Solo, dan Cirebon, sampai akhirnya saya menyelesaikan pendidikan dan wisuda di Solo.
Saya sempat minta cuti saat hampir wisuda, karena harus pulang ke Kupang karena Opa Hendrik Fernandez meninggal tahun 2015. Namun, Puji Tuhan akhirnya wisuda juga pada bulan Desember 2015.
• Anda Perlu Simak Info Praktis Ini, Bahayanya Gendong Bayi Sambil Diayun
Sekolah penerbangan sangat susah diakses oleh anak NTT. Apakah ada syarat khusus sesuai pengalaman Anda?
Saya akui seleksi masuk di sekolah penerbangan memang agak sulit. Dia menuntut calon taruna yang terbaik, yang fisiknya tinggi, nilainya juga tinggi. Biasanya memprioritaskan lulusan IPA, untuk sekolah penerbangan milik pemerintah. Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk lulusan IPS dan Bahasa. Syarat lainnya adalah kesehatan, tapi bukan tes fisik, karena sekolah penerbangan memiliki tes kesehatan tersendiri dari Balai Kesehatan Penerbangan.
Menjadi pilot memiliki resiko yang sangat besar. Karena terbang di udara dengan berbagai kemungkinan di ruang hampa. Apalagi membawa banyak orang. Apakah Ada kekuatiran saat terbang?
Persepsi orang menjadi pilot artinya menanggung nyawa orang. Tetapi menurut saya jadi pilot sebenarnya pekerjaan paling mudah. Saya kerjanya hanya saat take off dan landing. Selebihnya pesawat yang kerja dengan sistemnya yang canggih, dan saya hanya mengarahkan pesawat ke sini, ke situ.
Tingkat kesulitannya hanya pada saat-saat musim hujan dan angin kencang di bulan Januari dan Februari. Kami harus mencari rute terbaik, apalagi di NTT dengan kondisi geografisnya terdiri dari kepulauan.
Nah, contoh saya paling malas terbang ke Atambua, karena biasanya cuaca jelek terjadi di daerah yang ada panas, ada air, permukaan tidak rata, dan ada bukit. Atambua punya tiga kriteria itu. Jadi kalau saya terbang ke Atambua, lebih banyak tidak masuk. Di NTT ada beberapa daerah yang sulit dan Atambua termasuk yang sulit. Kalau cuaca hujan dan awan,
kami biasanya kasih pengertian ke penumpang. Kami punya aturan kalau mau landing harus dengan jarak pandang minimum 5 kilometer, kurang dari itu tidak boleh masuk, kecuali di Bandara El Tari Kupang dengan jarak pandang 800 meter boleh masuk.
• Pria Ini Tewas dengan Luka Sabetan Benda Tajam di Leher, Gara-gara Utang Segini
Setelah menjadi seorang pilot, apakah Anda masih terus belajar tentang dunia penerbangan?
Bagi seorang pilot setiap kali ganti pesawat harus sekolah. Seorang pilot pesawat boeing mau terbang pesawat ATR harus sekolah pun sebaliknya, ada simulatornya. Simulator ada di dalam kotak, biasanya dikasih kasus, mesinnya mati satu atau mesinnya terbakar. Nanti dites oleh penguji. Untuk seorang Kapten harus sekolah lagi setiap enam bulan sekali, kalau pilot prof chec (Ppc) setahun sekali. Sama seperti SIM, lisensi saya mati setahun sekali. Sehingga setiap tahun harus ikut simulator. Itu sudah aturannya, satu tahun sekali untuk SIM-nya dan enam bulan sekali utk sertifikat kesehatannya. (*)
• Anggota Kodim Kabupaten Ende Ikut Pelatihan Jurnalistik
Suka Main Badminton
AKTIVITAS dan rutinitas pekerjaan yang padat biasanya memicu tingkat stress yang tingi bagi sesorang. Mencari sahabat untuk sekedar ngobrol atau berolahraga dengan teman-teman adalah salah satu trik untuk menghilangkan stress.
Itulah yang dilakukan pilot muda asal NTT, Hendrikus Kai Oka Korebima atau yang akrab disapa Erik.