Bangkai Kepala Sapi Ditumpuk di Tepi Pantai Oeba, Begini Penjelasan Ketua RT 17 Timotius Jan
Bangkai Kepala Sapi Ditumpuk di Tepi Pantai Oeba, Kota Kupang, Begini Penjelasan Ketua RT 17 Timotius Jan
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
"Malu juga karena kami masih keluarga. Jadi kita juga perasaan untuk tegur. Biar sudah," tandasnya.
.
Tobias Ojan Liwu, warga setempat yang ditemui di pesisir pantai juga menandaskan hal serupa. Ia juga tidak pernah menegur langsung secara pribadi.
"Sudah lama sekali," katanya ketika ditanyai berapa lama bangkai hewan itu ditumpuk .
Secara pribadi, ia tidak merasa terganggu dengan bau menyengat dan dampak dari tumpukan bangkai kepala sapi itu karena lokasinya yang agak jauh dari rumah. Namun, katanya, pada musim hujan bau menyengat dari bangkai hewan itu bisa sampai ke pemukiman penduduk.
Setiap hari, kepala sapi yang dibawa dari rumah pemotongan hewan bisa berkarung-karung dan dibawa dengan menggunakan kereta dorong..
Ditemui terpisah di rumahnya, Ketua RT 17, Timotius Jan mengungkapkan bangkai kepala sapi itu memang sengaja ditumpuk di sana dengan maksud hendak dikeringkan sampai menjadi tulang-belulang. Setelah kering, tumpukan tulang itu akan diangkut dari lokasi tersebut guna ditimbang.
Menurutnya, warganya yang bertugas menumpuk kepala sapi di sana memang
mendapat penghasilan tetap dari hasil menimbang dan menjual tulang-tulang itu.
Terkait pencemaran lingkungan yang bisa ditimbulkan dari bangkai sapi itu, lanjutnya, sebagai tokoh masyarakat ia memang tak punya kewenangan lebih untuk melarang penumpukan kepala sapi di wilayahnya.
Hal itu baru bisa dilakukan bila ada surat teguran atau larangan dari pemerintah kelurahan atau kecamatan.
"Kalau mau larang nanti kita tidak ada hak," sahutnya.
Lanjut Timotius, pihak Kelurahan hingga kini memang belum mengeluarkan surat larangan atau imbauan.
"Pemerintah harus buat surat langsung. Selama ini juga tidak ada komplain dari warga," katanya.
Penumpukan bangkai kepala sapi itu, jelasnya, bukan tanggungjawab RPH Oeba. "Bapak itu yang ambil tulang di dalam RPH lalu kumpul di situ," pungkasnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)