Pers Berduka
BREAKING NEWS: Pendiri Harian Umum POS KUPANG itu Telah Pergi untuk Selamanya
Selain sebagai pendiri dan guru, Om Damy juga lebih akrab dirasakan sebagai orangtua di dalam group keluarga Pos Kupang.
Penulis: Rosalina Woso | Editor: Rosalina Woso
Om Dami, lanjut Fince, selalu memperkaya pengetahuan suatu soal dan bagaimana seorang wartawan menulisnya secara mendalam.
Pernah suatu kali Om Dami menelphon. "Kau ke Maumere dulu Ona. Tulis tentang koperasi sukses di satu desa di Sikka."
"Tapi kan ada wartawan om Beny Hendrik di sana, om."
"Saya sudah minta tapi t*** ( Om Dag selalu menyapa mereka yang laki2 dengan sebutan begitu) tapi tidak tulis-tulis. Kau saja yang wawancara dan tulis," ujar Om Dami.
Om Dami, kata Fince, setiap kali mendapat penugasan langsung darinya dan saya memenuhinya, saya selalu diberi reward.
"K Etty Turut biasanya menulis pesan saat mengirim gaji: Ona, Rp ......... dari Om Dag!"
Fince menambahkan, ia masih teringat saat dirinya dipindah tugaskan dari Kabupaten Flores Timur, ke Kabupaten Sikka.
Saat itu, lanjut Fince, situasi politik begitu panas jelang Pilbup paska Aleks Idong dan Pos Kupang sempat disebut sebagai corongnya Paulus Moa dalam sebuah spanduk demonstrasi.
"Fince, jangan takut. Kalian semua baik2 to? Kerja seperti biasa."
Om Dami, kata Fince, selalu percaya, meskipun saya perempuan, saya pasti mampu menyelesaikan soal-soal di lapangan.
Om Damy, menurut Fine, tidak sekalipun melihat dirinya perempuan jadi diberi penugasan lebih ringan. Tidak!
"Dia selalu memandang sama-sama wartawan. Tidak wartawan perempuan atau laki2. Sebagai wartawan daerah apalagi. Dia abaikan yang namanya tantangan di lapangan sebab ketika kau mampu meliput dan menulis bagus, dia memberi penghargaan. Saya mengalaminya bahkan penilaian menyeluruh seluruh kabupaten ketika Pemilu tahun 1996, saya diberi peringkat terbaik hasil liputan Pemilu," ujar Fince.
Suatu kali, menurut Fince, ketika sudah "taputar" lama di luar daerah dan kembali ke Mabes, dirinya menulis surat pengunduran diri.
Dirnya putus asa menjalani hari2 sebagai ibu yang bekerja dan mengurusi anak. Hal yang paling menantang saya sebagai jurnalis. Om Dag menelpon, " eh besok masuk kantor. Surat pengunduran diri sudah dibuang ke tempat sampah."
Om...
Terima kasih banyak. Pagi ini mendung nian di Lembata. Seperti rasa sedih saya mengingatmu saat membaca status KK Dion Db Putra dan ade Rosalinda Uta yang mengabari kepergianmu ke rumah BAPA.
Saya tulis ini semua dalam doa kiranya kerahiman Tuhan…(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Rosalina Woso)