Breaking News

Bencana Banjir dan Longsor di NTT, 13 Orang Meninggal Dunia

Bencana Banjir dan Longsor di NTT sejak Desember 2018 hingga Januari 2019 mengakibatkan 13 Orang Meninggal Dunia

Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/Oby Lewanmeru
Suasana rapat dengar pendapat Komisi V DPRD NTT dengan BPBD NTT di ruang rapat Komisi V DPRD setempat, Senin (28/1/2019). 

POS-KUPANG.COM | KUPANG - Bencana Banjir dan Longsor di NTT sejak Desember 2018 hingga Januari 2019 mengakibatkan 13 Orang Meninggal Dunia.

Hal ini disampaikan Kepala Pelaksana BPBD NTT, Tini Thadeus, S.H saat ditemui di Gedung DPRD NTT, Senin (28/1/2019).

Menurut Tini, selama periode musim hujan hingga saat ini ada 13 orang meninggal dunia. "Dominan korban meninggal akibat banjir dan longsor. Banjir ini di Sikka dan TTS sempat menelan korban lebih dari satu," kata Tini.

Lakalantas di Kabupaten Manggarai, 20 Orang Meninggal, 65 Warga Luka Berat

Tini merincikan, di Kabupaten TTS dan Sikka bencana banjir menewaskan masing-masing tiga orang, kemudian di Kabupaten Nagekeo ada bencana longsor yang menewaskan empat orang, di Kota Kupang satu korban meninggal akibat banjir.

"Sedangkan bencana di Kabupaten Manggarai akibat petir menewaskan satu orang.
Di Ende pohon tumbang dan menewaskan satu orang," katanya.

Bappeda Belu Bersama Pos Kupang Bahas Literasi Desa

Dikatakan, apabila dibandingkan tahun sebelumnya ada 20 orang meninggal dan pada tahun 2017 ada yang meninggal sebanyak 18 orang.

Sedangkan kerusakan bangunan, di Sumba Timur ada 11 rumah rusak akibat angin.
"Di KabupatenTTU dua rumah rusak, di Kabupaten Sikka ada satu jembatan di Pantai Utara yang putus dan ada 46 unit rumah yang terendam banjir," katanya.

Di Kota Kupang, lanjutnya, ada rumah dan sekolah yang atapnya terangkat serta tembok penahan di Pantai Tedys yang rusak berat.

Soal upaya penanggulangan, ia mengatakan, BPBD ada di provinsi dan di kabupaten dan kota.

"Ujung tombak penanganan bencana di kabupaten dan kota, provinsi sebagai pendukung sedangkan BNPB sebagai pendamping," katanya.

Dikatakan, soal DBD, ia mengatakan, ada dana tidak terduga seperti DBD dan gagal panen (merupakan bencana non alam).

"Untuk penanganan harus ada pernyataan non bencana oleh pemerintah daerah sehingga bos ditangani. Jika tidak maka akan disalahkan," katanya.

Tini mengatarkan, kondisi hujan tahun ini kurang akibat El Nino ,tetapi kemungkinan besar musim kemarau lebih awal.

"Hanya uniknya tahun ini ,BMKG mengatakan pada musim kemarau ada hujan satu dua hari," ujarnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oby Lewanmeru)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved