Berita Nasional

Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon Tengah Berduka Unggahan Twitternya Ini Jadi Sorotan

wakil Ketua DPR RI Fadli Zon Tengah Berduka Unggahan Twitternya Ini Jadi Sorotan. Intip Yuk!

Penulis: Hasyim Ashari | Editor: maria anitoda
kompas.com/Moh Nadlir
Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon Tengah Berduka Unggahan Twitternya Ini Jadi Sorotan 

Bandung termasuk paling segera bereaksi atas pemberangusan tersebut, keesokan harinya adalah pelepasan "doa" ke langit sebagai tanda protes yang dilakukan di pelataran rumah Harry Roesli jl. Supratman 57.

Pelepasan balon-balon berisi kertas bertuliskan doa itu dilakukan bersama beberapa kawan saja, diantaranya adalah Ging Ginanjar.

Di luar dugaan, aksi kecil tersebut ternyata menjadi awal mula bagi gerakan-gerakan anti-bredel berikutnya bahkan berlanjut kepada gerakan membangun jejaring hingga bergulirnya Reformasi 1998.

Ging Ginanjar saat itu sedang mengelola media Forum Wartawan Independen (FOWI) Bandung hingga menjadi majalah bawah tanah "Independen" di bilangan Braga/Lembong bersama Lea Pamungkas, FDWB (Forum Diskusi Wartawan Bandung), serta jejaring lainnya.

Pertemuan dengan Ging pun kian kerap, baik untuk menggalang gerakan hingga sekadar urusan ilustrasi untuk "Independen."

Sementara pertemuan-pertemuan di jl. Supratman 57 pun kian membesar. Nyaris tiap hari tanpa berbatas waktu hingga esok paginya, bergantian atau kadang bersama-sama berkumpul dengan jejaring kampus-kampus, komunitas, radio swasta, seniman, dan aktivis pergerakan lainnya.

Di antara perjumpaan-perjumpaan ini, patut dicatat rutinnya kehadiran Bowo (DeTik) dan Ahmad Taufik (Tempo), bahkan belakangan hadir juga Goenawan Mohamad.
Di antara deretan perjumpaan tersebut, antara lain munculnya gagasan bahwa "api perlawanan janganlah padam."

Di bahas, misalnya, ruang atau forum sekecil apapun agar dijadikan ruang untuk menjaga api semangat.

Ini muncul mengingat ruang publik yang wantah hampir tidak mungkin digunakan, kerumitannya bisa sejak urusan izin keramaian hingga kemungkinan ruang wantah tersebut terganggu keamanannya karena adanya sejumlah peraturan atas nama "stabilitas."

Gagasan dan kondisi itu pula yang kemudian melahirkan peristiwa "Ladang Mengerang" di "buruan" (lahan terbuka) rumah Tisna Sanjaya

obrolan-obrolan melalui Radio Mara yang ditaja oleh Mang Aben (Benny Fitriadi) bersama FDWB-nya dan khususnya dukungan Mohamad Sunjaya sebagai senior di radio tersebut.

(selanjutnya dan terutama memasuki masa gerakan Reformasi, acara ini dijalankan bersama Bambang Subarnas Bung Barnaz dan alm. Mamannoor), kelak bahkan 'memanfaatkan' karya seni instalasi "rakit" di Sungai Ciliwung pada Festival Istiqlal

(saat itu pula semiotik "daripada" sebagai penanda Soeharto mulai lantang disuarakan secara langsung dan terbuka)

ada juga yang menjadi pentas musik "Opera Tusuk Gigi" yang berdasar pada puisi Soni Farid Maulana serta sejumlah karya seni instalasi, peluncuran buku "Jawinul" di kampus STSI yang tercekal oleh polisi setempat, hingga peristiwa "Ruwatan Bumi" di Studio Pohaci yang berkait dengan jejaring-jejaring yang dibangun oleh Afrizal Malna.

Banyak yang tertinggal dan kronologisnya sangat mungkin aclog-aclogan, maklum hanya berdasar ingatan yang kian uzur.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved