Berita Tamu Kita

Drs.Umbu Neka Jarawoli: Jaga Keseimbangan Legislatif dan Eksekutif

DPRD dan pemerintah adalah mitra kerja sejajar yang harus saling mendengar, saling menghormati dan menghargai satu dengan lainnya.

Penulis: Petrus Piter | Editor: Apolonia Matilde
IST
Drs. Umbu Neka Jarawoli bersama istri 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Petrus Piter

POS-KUPANG.COM|KUPANG - Sebagai pimpinan DPRD Kabupaten Sumba Tengah, ia selalu berusaha menjaga keseimbangan antara lembaga legislatif dan eksekutif. Dengan demikian, tidak terjadi dominasi legislatif terhadap eksekutif atay sebaliknya.

DPRD dan pemerintah adalah mitra kerja sejajar yang harus saling mendengar, saling menghormati dan menghargai satu dengan lainnya. Jika kedua lembaga selalu berseberangan, maka pembangunan mandek dan rakyat menjadi korbannya.

Sebagai pimpinan DPRD Kabupaten Sumba Tengah harus pandai menjaga keseimbangan tersebut agar relasi kerja sama tetap berjalan baik. Hal tersebut mendukung percepatan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat di Kabupaten Sumba Tengah.

Ini Loh Puisi-Puisi Pos Kupang Minggu Ini

Bagaimana kisah perjalaman Drs.Umbu Neka Jarawoli memimpin DPRD Kabupaten Sumba Tengah. Ikuti petikan wawancara dengan wartawan Pos Kupang, Petrus Piter di rumah dinas Ketua DPRD Kabupaten Sumba Tengah di Makatul, Waibakul, Jumat (4/1/2019).

Bisa ceritakan perjalanan karier politik Anda hingga terpilih menjadi wakil rakyat Sumba Tengah bahkan menjadi ketua DPRD Sumba Tengah periode 2014-2019.
Semenjak menjadi mahasiwa di FKIP Undana Kupang saya aktif dalam organisasi intra maupun ekstra kampus yang sering pula bersama teman-teman melakukan aksi demonstrasi menentang berbagai kebijakan pemerintah NTT maupun pemerintah pusat yang dipandang merugikan rakyat kecil.
Selesai kuliah tahun 1998 bersamaan runtuhnya rezim Soeharto, saya memutuskan kembali ke kampung halaman di Anakalang, Waibakul, Kabupaten Sumba Tengah (saat itu masih Kabupaten Sumba Barat) untuk membangun daerah ini. Pascaruntuhnya rezim otoriter Soeharto, lahir pula berbagai partai politik baru yang bertarung pada Pemilu 1999. Kesempatan itu langsung saya ambil dengan tampil sebagai ketua Partai Nasional Indonesia (PNI).

Apakah saat itu Anda tidak tidak merasa canggung karena belum memiliki pengalaman memimpin partai politik?
Hehehehe.. saya merasa biasa-biasa saja. Sebagai generasi muda, kapan lagi akan mendapat kesempatan dalam politik praktis seperti itu. Saya menguatkan diri sendiri dan memutuskan menjadi ketua PNI. Menjadi pemimpin bukan berdasarkan pengalaman tetapi tergantung kesempatan. Bila kesempatan itu tiba atau ada, kader muda tanpa pengalaman sekalipun bisa tampil sebagai pemimpin. Tentu pendidikan sangat mendukung kualitas kepemimpiman seseorang. Dan saya buktikan itu, ketika kesempatan tiba, saya langsung merebutnya menjadi ketua PNI.

Bagaimana perjuangan Anda merebut kursi DPRD Sumba Barat pada pemilu 1999 itu?
Sebagai pendatang baru, dengan semangat menggebu-gebu, saya membangun konsolidasi kepengurusan PNI di delapan kecamatan se-Kabupaten Sumba Barat saat itu. Saya bangun semangat dan tekad yang kuat bersama teman-teman merebut kursi DPRD sebanyak mungkin pada Pemilu Legislatif (Pileg) tahun 1999.

Bagaimana hasil perjuangan Anda pada pemilu1999. Berapa kursi yang direbut PNI?
Terus terang saja, saat itu hanya meraih satu kursi. Suara terbanyak saya raih dibandingkan dengan calon legisltaif lainnya. Mestinya, saat itu, saya sudah terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat. Saat itu penyelenggara pemilu adalah panitia pemilihan daerah (PPD). Usai menghitung suara, PPD menyerahkan suara tersebut ke Partai PNI untuk menentukan siapa yang duduk di lembaga DPRD Sumba Barat dari PNI. Menindaklanjuti hal itu, saya memimpin rapat yang dihadiri para pengurus PNI dari delapan kecamatan untuk membahas wakil PNI yang akan duduk di lembaga DPRD Sumba Barat. Dari delapan pengurus kecamatan itu, enam kecamatan memilih saya sebagai anggota DPR dari PNI.
Sayangnya keputusan tersebut tidak berjalan mulus, timbul reaksi segelintir oknum pejabat di Sumba Barat saat itu yang tidak menghendaki saya menjadi anggota Dewan hingga terjadi aksi demonstrasi menolak.

Cerpen Tommy Duang: Perempuan dari Masa Lalu

Bagaimana reaksi Anda saat itu?
Saya memahaminya dan tetap berjalan sesuai mekanisme partai. Menyikapi aksi demonstrasi itu, saya kembali menggelar rapat semua pengurus, pengurus menyetujui saya menjadi anggota DPRD dengan syarat setiap bulan menyetor 10 persen penghasilan ke kas PNI atau membagi masa keanggotaan DPRD selama 2,5 tahun dan seterusnya diserahkan ke pihak lainnya.
Mencermati fenomena tersebut saya mengundurkan diri menjadi calon anggota DPRD Sumba Barat dan menyerahkan sepenuhnya ke PNI untuk memilih orang lain duduk di DPRD Sumba Barat.

Anda tidak menyesal ketika mengundurkan diri sebagai calon anggota DPRD Sumba Barat dari PNI?
Saya merasa biasa saja meskipun dalam hati kecil tetap kecewa. Saya selalu berusaha tegar di hadapan istri dan keluarga besar. Saya meyakinkan istri dan kekuarga, ini tabungan deposito berjangka, suatu saat, Tuhan pasti akan mencairkannya. Semua itu, saya lakukan demi menambah tegar, kuat dan kokoh komitmen diri dan kekuarga, bahwa sebuah perjuangan untuk menggapai sebuah kesuksesan tidak selamanya berjalan mulus. Kerikil kecil dan duri, menjadi sandungan setiap kali melangkah menggapai sebuah kesuksesan.

Apa reaksi istri dan anak serta keluarga Anda?
Yah, istri, anak dan keluarga besar sangat tegar dan selalu menguatkan saya agar kuat menghadapi situasi tersebut.

Lalu, apa langkah Anda setelah itu ?
Menjalani hidup seperti biasa dan kembali kerja kebun, kerja sawah. Tahun 2000 muncul wacana pemekaran kabupaten dan bersamaan berlangsung pemilihan bupati dan wakil bupati Kabupaten Sumba Barat. Saat itu, saya kembali tampil sebagai tim sukses calon Bupati Drs. Umbu Sappi Pateduk. Sayangnya, jagoan kami kalah, dan Timotius Langgar, S.H-Drs.Julianus Pote Leba, M.Si terpilih sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sumba Barat. Saya dan teman-teman juga membentuk panitia pembentukan Kabupaten Sumba Tengah, dengan lahirnya Forum Komunikasi Pemuda Peduli Pembentukan Kabupaten Sumba Tengah.

Berapa lama Anda dan teman-teman berjuang hingga lahirnya Kabupaten Sumba Tengah ?
Kami berjuang selama enam tahun, sejak tahun 2000 hingga tahun 2006. Tepat tanggal 8 Desember 2006, DPR RI dalam sidang paripunanya mengetuk palu menetapkan Sumba Tengah sebagai daerah otonom baru.

Apa saja Anda dan kawan-kawan lakukan saat berjuang memekarkan Sumba Tengah?
Berbagai cara kami lakukan, mulai dialog, surat-menyurat hingga menggelar aksi demonstrasi baik di kabupaten, provinsi hingga pusat. Semua itu dilakukan hanya dengan satu tujuan memekarkan diri dari Kabupaten Sumba Barat sehingga pelayanan pemerintahan dan pembangunan lebih baik. Perjuangan keras itu kini telah dirasakan bersama seluruh rakyat Sumba Tengah.

Pasca Melawan Manchester United! Striker Tottenham Hotspurs Harry Kane Cidera

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved