Berita Tsunami Banten
Kisah Wisatawan yang Selamat dari Tsunami Tanjung Lesung, Update Korban Tewas 222 Orang
Sore itu berjalan biasa saja. Ombak tenang. Tapi memang saat saya mengunjungi Tanjung Lesung Beach Club, ombaknya agak besar.
Menurut Sutopo, data terkini korban hingga pukul 16.00 WIB, sebanyak 222 orang meninggal dunia, 843 orang luka-luka dan 28 orang belum ditemukan.
POS-KUPANG.COM | JAKARTA - Tak ada firasat buruk yang tersirat dalam benak Aji Hutomo (31), wisatawan asal Jakarta, saat melajukan kendaraannya ke kawasan Tanjung Lesung, Banten, Sabtu (22/12/2018). Bersama tiga kerabat, Aji tiba di Tanjung Lesung pukul 16.00 WIB.
"Sore itu berjalan biasa saja. Ombak tenang. Tapi memang saat saya mengunjungi Tanjung Lesung Beach Club, ombaknya agak besar. Dari kejauhan terlihat Gunung Anak Krakatau mengeluarkan asap dari puncaknya. Tapi tidak ada firasat buruk, karena warga lokal, wisatawan, semua orang biasa saja," tutur Aji kepada KompasTravel, Minggu (23/12/2018).
Malam itu mereka berempat menginap di Kampoeng Nelayan, dengan kondisi kamar yang berada di atas laut, dipasak menggunakan tiang. Mereka berempat memutuskan untuk makan malam di kamar. Air laut tampak agak pasang, namun Aji tetap tak berprasangka buruk karena malam itu bulan purnama memang bersinar sangat terang, bulat sempurna.
Kapal terbalik
Hingga sekitar pukul 21.30 WIB, salah satu kerabat melihat kapal terbalik di tengah laut. Aji langsung diminta masuk ke kamar. Tepat saat itu, ombak pertama menghempas.
"Langsung sebetis tapi kencangnya luar biasa. Saya langsung terhempas. Begitu masuk kamar, dalam hitungan detik, ombak kedua langsung menghempas. Semua kaca kamar pecah, air laut merembes dari jendela dan lantai kayu," kisahnya.
Tanpa aba-aba, mereka berempat langsung mengambil tas berisi barang-barang penting seperti ponsel, dompet, dan kunci mobil. Begitu akan keluar kamar, jembatan sepanjang 2-3 meter yang menghubungkan kamar dan daratan sudah terendam air laut.
• Herman Seventeen Tewas Diterjang Tsunami Banten, Begini Postingan Terakhirnya di Instagram
Mereka lari sampai daratan. Tiga detik kemudian, jembatan tersebut hancur.
"Proses itu semua, dari sadar adanya bencana sampai kamar hancur lebur, hanya sekitar 15 detik," ungkap Aji.

Balai Desa
Salah satu kerabat berhasil menyalakan mobil dan memarkirkannya di dataran lebih tinggi. Atas ujaran warga lokal, mereka berempat bertolak ke Balai Desa yang terletak di atas bukit.
"Suasana di Balai Desa, banyak warga dan wisatawan mengungsi. Ada yang berdarah, ada yang rebahan, ada yang mencari anggota keluarganya yang hilang," tambahnya.
Sebetulnya saat itu bisa saja Aji dan rombongan memutuskan untuk pulang. Namun mereka gambling, selama 1,5 jam perjalanan dari Tanjung Lesung akan melewati pantai. Bagaimana jika ada tsunami susulan? Bagaimana jika mereka terjebak puing-puing dan pohon tumbang?
• Ada Info Tsunami Lanjutan di Banten, BNPB Klarifikasi dan Sebut Tidak ada Peringatan BMKG
Hingga akhirnya dini hari sekitar pukul 01.30 WIB, salah satu petugas hotel mengirimkan Whatsapp yang mengatakan bahwa barang-barang mereka sudah bisa diambil. Begitu tiba di kamar, sesuai dugaan, kondisi hancur lebur. Pecahan kaca berserakan, televisi terbalik di lantai.
"Tiba-tiba air laut surut, sepanjang mata memandang. Kami langsung buru-buru ambil barang dan kembali lagi ke Balai Desa," tuturnya.
Sekitar pukul 03.00 WIB, Aji dan rombongan memutuskan untuk pulang. Sepanjang garis pantai tampak sampah berserakan, puing-puing bangunan, dan pohon tumbang. Motor warga, mobil polisi, dan ambulans hilir-mudik sepanjang jalan.
"Tiba dengan selamat di Jakarta sekitar jam setengah 10," kata Aji, menghela nafas lega.

Pengetahuan tentang kondisi darurat
Dari pengalaman Aji menghadapi near death experience, ada beberapa hal yang menurutnya bisa menjadi pelajaran untuk semua wisatawan.
"Pertama, wisatawan harus punya pengetahuan terhadap kondisi darurat. Baik itu di pantai, gunung, tempat wisata manapun," tuturnya.
Kedua, lanjut Aji, penting untuk menyimpan semua barang berharga dalam satu tas. Tak hanya ponsel dan dompet, tapi juga air minum, sampai pembalut bagi wanita.
"Taruh di dekat akses keluar," ujarnya.
Terakhir, tutur Aji, jangan percaya info apa pun.
"Selama di sana kami dapat info dari banyak pihak. Dari medsos, warga lokal, BMKG, berita, dan belum tentu semuanya benar. Harus bisa filter informasi dari pengalaman kita sendiri," tutupnya.
Tak Ada Korban WNA
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan tidak ada warga negara asing (WNA) yang menjadi korbantsunami yang melanda sejumlah wilayah pantai di Selat Sunda.
"Tidak ada korban warga negara asing (WNA). Semua warga Indonesia," kata Sutopo dalam keterangan tertulis, Minggu (23/12/2018) sore.
Menurut Sutopo, data terkini korban hingga pukul 16.00 WIB, sebanyak 222 orang meninggal dunia, 843 orang luka-luka dan 28 orang belum ditemukan.
• Kapal Wisata Tenggelam di Pulau Padar! Dua Orang Wisatawan Belum Ditemukan
"Korban dan kerusakan ini meliputi di 4 kabupaten terdampak yaitu di Kabupaten Pandeglang, Serang, Lampung Selatan dan Tanggamus," kata dia.
Adapun rinciannya, di Kabupaten Pandeglang tercatat 164 orang meninggal dunia, 624 orang luka-luka, 2 orang hilang.
Kerusakan fisik meliputi 446 rumah, 9 hotel, 60 warung, 350 unit kapal dan perahu, dan 73 kendaraan.
Daerah yang terdampak di 10 kecamatan. Lokasi yang banyak ditemukan korban adalah di Hotel Mutiara Carita Cottage, Hotel Tanjung Lesung dan Kampung Sambolo.
"Banyak korban adalah wisatawan dan masyarakat setempat. Daerah wisata sepanjang pantai dari Pantai Tanjung Lesung, Pantai Sumur, Pantai Teluk Lada, Pantai Panimbang dan Pantai Carita sedang banyak wisatawan berlibur yang kemudian diterjang tsunami," kata dia.
Sementara korban di Kabupaten Serang tercatat 11 orang meninggal dunia, 22 orang luka-luka, dan 26 orang hilang. Kerusakan bangunan masih dilakukan pendataan.
Sedangkan korban di Kabupaten Lampung Selatan tercatat 48 orang meninggal dunia, 213 orang luka-luka dan 110 rumah rusak. Di Kabupaten Tanggamus terdapat 1 orang meninggal dunia.
"Penanganan darurat terus dilakukan. BNPB bersama TNI, Polri, Basarnas, Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, Kementerian PU Pera, Kementerian ESDM, dan pihak terkait terus mendampingi Pemda dalam penanganan darurat," kata dia.
"Pemda Provinsi dan Pemda Kabupaten terus berkoordinasi dengan berbagai pihak. Posko, pos kesehatan, dapur umum dan pos pengungsian didirikan untuk menangani korban," lanjutnya.
Selain itu, ia memaparkan sebanyak total 9 kendaraan alat berat dan 6 unit mobil tangki air telah dikerahkan. Bantuan alat berat diperkirakan akan terus bertambah untuk mendukung penanganan bencana.
Sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa gelombang yang menerjang sejumlah wilayah di kawasan sekitar Selat Sunda itu merupakan tsunami.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono memaparkan ada dua kemungkinan pemicu gelombang tsunami di sekitar Selat Sunda.
Kedua peristiwa itu adalah, aktivitas erupsi anak gunung Krakatau dan gelombang tinggi akibat faktor cuaca di perairan Selat Sunda.
(kompas.com)