Berita Kesehatan
Sekarang Jangan Takut Untuk Marah Sebab Marah Punya Dampak Positif
Tidak pernah marah, sekarang jangan takut untuk marah sebab marah punya dampak positif
Secara mengejutkan, komunikasi seseorang ketika sedang marah justru tidak selalu menghasilkan sesuatu yang buruk.
Sebuah artikel Duhigg mengutip penemuan dari seorang profesor di Massachusetts at Amherst Psychology, James Averill.
Averill telah mempelajari kemarahan dan responsnya sejak akhir 1970an.
Ia melakukan survei untuk mencari tahu seberapa sering seseorang marah dan menanyakan pengalaman yang membuat mereka marah.
Averill mengungkapkan bahwa orang-orang yang marah cenderung bisa memecahkan masalah dengan baik. Salah satu kasusnya adalah seorang remaja yang mendapatkan keleluasan jam malam lebih setelah marah pada orangtuanya.
"Pada kasus yang luas, kemarahan bisa membuat semua pihak menjadi mau mendengarkan, cenderung bicara jujur, serta lebih akomodatif terhadap komplain orang lain," tulis Duhigg.
Meski begitu, intensitas kemarahan penting pula untik diperhatikan.
Awal tahun ini, para peneliti dari Rice University menemukan bahwa orang-orang yang marah dengan intensitas moderat lebih mampu menegosiasikan keinginannya daripada mereka yang sangat marah atau hanya sedikit marah.
Para peneliti meyakini bahwa orang-orang yang marah dengan intensitas moderat lebih dipandang sebagai figur yang kuat. Sedangkan orang-orang yang mengekspresikan kemarahannya secara ekstrim dipandang tidak pantas.
• Ramalan Zodiak Hari Ini, Rabu 19 Desember 2018, Aries Ada Masalah Keuangan, Pisces Jangan Emosi
• Pengembang RS Siloam Tidak Melakukan Hal Ini, Penyebab Jalan Gubeng Ambles di Surabaya?
3. Kemarahan memunculkan motivasi
Kemarahan bisa membuat seseorang termotivasi, baik memulai proyek baru atau membuat perubahan karena perasaan tersebut bak bahan bakar untuk motivasi.
Duhigg memandang fenomena ini pada politik Amerika.
Ia percaya bahwa politisi sukses akan menang karena mereka memanfaatkan kemarahan orang lain dan menginspirasi mereka untuk memberikan suaranya.
Menurut laporan Duhigg, itulah mengapa Averill tidak pernah mengabaikan posisi Presiden Donald Trump sebagai kandidat yang tidak terlalu disukai.
Tidak ada yang membantah bahwa hasil pada Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2016 menyebabkan kemarahan.