Berita NTT Terkini
Kisah Riski yang Selamat dari Dekapan Laut Sumbawa
Siang itu, Jumat (7/12/2018), kediaman Riski di Desa Baumata, Dusun 4, RT 10/RW 05, terlihat ramai.
Penulis: Lamawuran | Editor: Kanis Jehola
"Saya sempat melihat sewaktu kapal penyelamat datang menyelamatkan beberapa orang. Tapi posisi saya terlalu jauh. Saya berenang mendekat, tapi ombak memukul saya kembali," kata Riksi mengingat.
Enam hari sendirian di laut, tentu menyimpan banyak luka dan trauma. Pria 20 tahun ini tak pernah berhenti berenang ke sana ke mari, mencari pertolongan, berjumpa dengan para nelayan yang tak ingin menolongnya, dan sempat mendapat luka akibat gigitan ikan-ikan kecil.
"Kalau malam dan hujan, itu gelap sekali. Kalau ada petir, baru saya bisa lihat sekeliling. Tapi hanya laut," katanya.
Pada waktu-waktu tertentu, pria ini tentu mengingat orang-orang terkasih, baik ibu ayahnya maupun keluarga lainnya.
"Pada hari ke-empat, saya ingat keluarga saya. Berita ini pasti mereka sudah dengar, dan mereka pasti mencari saya," kisahnya.
"Selama enam hari, saya tidak makan tidak minum. Pada hari ke empat, saya sangat haus. Saya ingin minum darah burung," imbuhnya.
Burung itu sempat ditangkapnya. Namun niat meminum darah burung itu hilang usai dirinya dicakar burung tersebut.
Dalam pantauan POS-KUPANG.COM, cakaran burung itu masih membekas di pergelangan tangan kirinya. Pada bagian tangan dan kaki, terdapat bintik-bintik akibat gigitan ikan-ikan kecil. Kulitnya pun terkelupas.
"Ini karena saya jemur tiap hari," ujarnya menunjuk kulitnya.
Nasib malang ini rupanya tak sekedar sampai di situ. Adalah para nelayan yang sempat lewat dan bertemu dengannya, tak mau juga membantunya. Sebanyak delapan kali ia melihat kapal nelayan, dan cuma tiga kapal yang berhasil berpapasan dengannya.
"Ada kapal yang terlalu jauh, saya berenang tapi ditendang kembali gelombang. Ada tiga kapal yang bertemu dengan saya, tapi mereka tidak menolong saya," katanya.
Sampai kemudian dia ditemukan oleh orang-orang dengan sebuah Speed berbendera Spanyol, kondisinya sudah sangat lemah.
"Saya mengangkat tangan tapi jatuh lagi karena terlalu lemah. Mereka sudah lewat. Tapi rupanya memutar haluan untuk mengambil saya," ujarnya.
Yeremias Adu Amalo Hera, pihak keluarga korban, sewaktu dijumpai POS-KUPANG.COM dalam kesempatan yang sama, mengaku kecewa dengan pihak perusahaan kapal dan lambannya pencarian yang dilakukan tim SAR.
"Kalau waktu itu mereka cari pakai helikopter, para korban pasti sudah ditemui. Tapi mereka cari pakai kapal," katanya.