Berita Internasional
Raja Salman Akhirnya Bicara Soal Kasus Pembunuhan Khashoggi, Termasuk Posisi Putra Mahkota
Raja Salman Akhirnya Bicara Soal Kasus Pembunuhan Khashoggi, Termasuk Posisi Putra Mahkota
Pengajuan Wakil Menteri Luar Negeri Saudi selama 40 tahun terakhir itu tidak saja mendapat dukungan dari internal kerajaan maupun pejabat negera.
Seorang pejabat Amerika Serikat (AS) anonim menuturkan, negaranya dan beberapa kekuatan dunia Barat lainnya bakal menjagokan pangeran berusia 76 tahun tersebut.
Pangeran Ahmed yang terhitung merupakan paman MBS dilaporkan telah kembali ke Riyadh pada Oktober setelah dua bulan sebelumnya menetap di luar negeri.
Selama di luar negeri, Pangeran Ahmed kerap mengkritik kepemimpinan Saudi, dan menemui pengunjuk rasa di London yang menuntut Dinasti Saudi runtuh.
Sumber Saudi berujar, Ahmed merupakan satu-satunya anggota Dewan Kesetiaan yang menentang penunjukan MBS sebagai putra mahkota pada 2017.
Baik Pangeran Ahmed maupun perwakilannya tidak memberikan komentar. Begitu juga ketika Reuters mencoba mengonfirmasi ke Riyadh.
Tradisi Kesukuan
Dinasti Saud terdiri dari ratusan pangeran dan menganut sistem suksesi takhta yang berbeda jika dibandingkan monarki dunia lainnya.
Di belahan Bumi lain, seperti Eropa, pergantian kekuasaan bakal langsung terjadi dari seorang raja kepada putra sulungnya.
Namun di Saudi yang menerapkan tradisi kesukuan, raja maupun para pangeran dari keluarga cabang bisa mengajukan kandidat yang mereka anggap pantas.
Sumber Saudi itu meyakini jika naik takhta, Pangeran Ahmed tidak akan mengubah reformasi yang sudah dilakukan oleh MBS.
"Pangeran Ahmed bakal menghormati kontrak jual beli senjata, dan memulihkan persatuan dinasti," kata sumber tersebut.
Adapun pejabat anonim AS menyatakan Washington tidak terburu-buru untuk memutuskan mereka harus menjauh dari putra mahkota berusia 33 tahun itu.
"Namun, semua bisa berubah jika Presiden Donald Trump mendapat laporan menyeluruh terkait pembunuhan Khashoggi," beber pejabat itu.