Opini Pos Kupang
Kebohongan dan Etika Berbicara
Hal ini sebenarnya urusan pribadi RS, dan orang lain yang tidak berkepentingan tentu tidak akan sibuk memikirkannya
Dalam hal ini prinsip yang dipegang adalah tidak menimbulkan kerugian yang besar pada orang lain. Kebenaran wajib diungkapkan dengan tujuan tidak menimbulkan kerugian pada orang lain, sebaliknya tidak harus diungkapkan bila justru menimbulkan kerugian besar pada orang lain.
Karena itu dalam bertutur kata, orang wajib mempertimbangkan secara matang apakah yang disampaikannya itu "benar-benar membangun, menjembatani pertentangan, melayani persekutuan dan memuliakan Allah, atau sebaliknya menciptakan kebingungan, perpecahan dan membawa kehancuran" (Karl-Heinz Peschke, Etika Kristiani, Jilid III, hlm. 198). Bisa jadi dalam kasus-kasus tertentu, justru memilih diam tidak menimbulkan kerugian bagi yang lain dibandingkan bila kebenaran itu diungkapkan.
Dusta RS telah menimbulkan "kegaduhan" tingkat nasional. Betapa tidak. Sejumlah elit politik nasional, begitu mendengar berita RS dianiaya, langsung tersulut emosi lalu mencak-mencak seperti kakek kebakaran jenggot.
Polisi pun sibuk menyisir sejumlah Rumah Sakit di Bandung mencari jejak RS. Sejumlah orang membuat laporan kepada Polisi termasuk FA yang melaporkan 17 elit politik dari kubu Prabowo-Sandi sebagai penyebar berita bohong RS yang merugikan Jokowi-Ma'ruf.
Tepatlah peringatan Yakobus dalam suratnya: "Lihatlah, betapa pun kecilnya api, dia dapat membakar hutan yang besar. Lidah pun adalah api;." (Yakobus 3: 5-6a). Api telah disulut oleh RS, dan dikipas-kipas oleh Prabowo, AR, FZ, FH dan BKH. Dan media sosial yang canggih bagaikan bensin yang dalam sekejap menangkap api itu dan menyebarkannya ke seluruh penjuru tanah air. *