Berita Kabupaten TTS Terkini
Kekeringan Mulai Melanda Kabupaten TTS, BPBD TTS Mulai Distribusikan Air Bersih
Kekeringan mulai melanda Kabupaten TTS. Masyarakat di sejumlah desa mulai kesulitan memenuhi kebutuhan air bersih.
Penulis: Dion Kota | Editor: Kanis Jehola
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Dion Kota
POS-KUPANG.COM | SOE - Kekeringan mulai melanda Kabupaten TTS. Masyarakat di sejumlah desa mulai kesulitan memenuhi kebutuhan air bersih.
BPBD Kabupaten TTS mulai kebanjiran laporan kesulitan air baku di sejumlah desa. Menanggapi laporan tersebut, BPBD Kabupaten TTS melakukan pendropingan air bersih di desa-desa yang mengalami kesulitan air baku akibat kekeringan.
Keterbatasan mobil tangki dan jarak sumber air yang jauh membuat BPBD tak bisa menjangkau semua desa yang kesulitan air bersih. BPBD terpaksa membuat prioritas pelayanan melalui penjadwalan pendropingan air bersih.
Baca: Dua Bulan Terakhir NTT Sudah 20 Kali Digunjang Gempa
"Sudah sejak sepekan terakhir kita melakukan pendropingan air bersih. Per hari, kita hanya bisa layani satu desa karena kebutuhan air bersih masyarakat di satu desa juga cukup besar. Kita harus melakukan pendropingan tiga hingga empat kali untuk melayani kebutuhan air bersih satu desa yang mengalami kekeringan. Sedangkan mobil tangki kita cuma satu dan jarak sumber air yang jauh. Tak jarang kita harus layani hingga dini hari," ungkap Kepala BPBD Kabupaten TTS, Adi Tallo kepada POS- KUPANG.COM, Selasa ( 2/10/2018) di ruang kerjanya.
Baca: Andre Koreh dan Jimmi Sianto Dukung NTT Jadi Tuan Rumah PON 2028
Desa-desa yang sudah dilakukan pendropingan air bersih adalah Desa Oenali, Enonabuasa, Nifukani, Baki, Tumu, Enoneontes, Kilobesa, Lakat dan Nakfunu.
Pekan ini, BPBD akan melakukan pendropingan air bersih di Desa Oehela, Oehan, Basmuti, Noebeba, Fatutnana, Nai, Oekiu dan Desa Totmana.
Ketika ditanya terkait pembuatan sumur bor sebagai solusi permanen untuk mengatasi masalah kekeringan yang tiap tahun menjadi langganan, Adi mengatakan, hal tersebut terkendala sumber air bawah tanah yang sangat minim di desa langganan kekeringan. Pasalnya, pihaknya kesulitan menemukan titik sumber air bawah tanah di desa yang menjadi langganan kekeringan.
"Ada regulasi yang memungkinkan kita untuk melakukan pengeboran, tetapi kita kesulitan mendapat titik sumber air bawah tanahnya. Desa Nakfunu misalnya, usai melakukan pengeboran, sumber air tak kunjung ditemukan," ujarnya. (*)