Opini Pos Kupang
Pariwisata Labuan Bajo dan Target Realistis Saat Annual Meeting IMF-WBG 2018
Untuk pertama kalinya Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah perhelatan ini. Bali dengan berbagai pertimbangan
Hal ini dapat dilihat dari belum adanya informasi resmi kepada masyarakat melalui iklan pada baliho-baliho di Kota Labuan Bajo dan sekitarnya. Informasi tersebut hanya tersebar melalui pembicaraan di masyarakat dan pelaku usaha pariwisata saja.
Keempat, dari sisi para tour operator yang akan melayani tamu delegasi IMF-WBG sampai sekarang belum menerima bookingan atau reservasi permintaan paket tour.
Jika dilihat dari sistem pemasaran paket-paket tour yang sudah diserahkan oleh para tour operator kepada salah satu perusahan yang melayani marketplace dengan sistem digital yang ditunjuk oleh pemerintah, maka sampai saat ini belum terdapat pemesanan, apalagi kepastian transaksinya.
Oleh sebab itu kami sangat merekomendasikan agar pemerintah pusat khususnya panitia yang dibentuk untuk menangani perjalanan post tour para delegasi ini harus segera melakukan pembenahan. Karena untuk melayani para tamu VVIP tentu memerlukan persiapan yang lebih baik
Jika kita berandai-andai dengan kunjungan wisatawan dari delegasi IMF-WBG 2018 ini sebanyak 1.000 orang VVIP ke Labuan Bajo secara bersamaan, maka bisa dibayangkan bagaimana kesibukan di lapangan nanti.
Mulai dari bandara sampai pada pelayaran kapal akan mengalami kesibukan yang luar biasa. Yang menjadi kendala pertama tentu saja keterbatasan room hotel (suite room) yang tersedia.
Apakah ada 1.000 room yang tersedia dari total 1.400 room dari semua hotel yang ada di Labuan Bajo? Karena tentu saja banyak juga tamu non delegasi di sana. Apakah mereka akan direlokasi ke tempat lain? Dan, apakah mereka akan setuju saja direlokasi?
Begitu juga dari sisi kapal phinisi "layak" yang tersedia di Labuan Bajo. Dengan sistem reservasi atau pemesanan paket tour untuk para delegasi IMF-WBG selama ini yang belum bisa memastikan apapun, hal ini membuat para tour operator enggan menyiapkan kapal-kapal Phinisi dengan standard yang tinggi juga.
Untuk itu sekali lagi sambil kita mempersiapkan diri secara maksimal dengan peningkatan kualitas pelayanan, dan juga dengan memperbanyak kegiatan (amenitas) untuk meningkatkan tingkat kepuasan para wisatawan, maka kita dorong pemerintah agar terus membenahi sektor-sektor yang sekiranya masih kurang dalam persiapan kunjungan para delegasi IMF-WBG.
Kita realistis terhadap angka kunjungan para delegasi IMF-WBG tersebut. Untuk saat ini mungkin lebih baik kita melayani sedikit wisatawan berkualitas dengan pelayanan yang berkualitas juga, dibanding jika kita melayani banyak wisatawan berkualitas dengan standar pelayanan yang tidak berkualitas.
Lantas berapa target kunjungan wisatawan IMF-WBG 2018 ini yang realistis? Jika melihat data dan fakta yang ada di lapangan maka rasanya angka 150 -300 wisatawan VVIP sudah merupakan angka yang cukup tinggi.
Sekali lagi ini jika dilihat dari data dan fakta di lapangan. Tetapi dengan angka yang kecil ini dipastikan akan berdampak pada pemasukan daerah karena tingkat daya beli tamu-tamu VVIP tersebut tentunya jauh lebih besar daripada wisatwan regular. Dan dengan ditunjuknya Labuan Bajo sebagai salah satu destinasi andalan dalam menerima kunjungan dari para delegasi IMF-WBG 2018 ini sudah merupakan suatu bentuk promosi yang istimewa untuk Labuan Bajo.
Ke depan dengan rampungnya marina dan semakin banyaknya room hotel yang tersedia tentu saja kita dapat melayani para tamu berkualitas dengan standar pelayanan yang berkualitas juga. Tetaplah semangat membangun Pariwisata NTT, The New Tourism Territory. Salam Wonderful Indonesia.*