Opini Pos Kupang

Quo Vadis Pendidikan Inklusif di NTT?

Di tengah hiruk-pikuk ini, jalur pendidikan inklusif justru sunyi senyap. Kadang-kadang seperti dipandang tidak penting.

Editor: Dion DB Putra
Ilustrasi 

Selama ini SLB ada di ibukota kabupaten sehingga anak-anak dengan keterbatasan atau penyandang disabilitas yang ada di desa-desa tidak bisa mendapatkan pendidikan. Tetapi dengan program NTT Provinsi Inklusif, anak-anak penyandang disabilitas bisa berkesempatan sekolah seperti anak-anak umumnya.

Orangtua tidak perlu malu kalau anaknya lahir dengan kondisi fisik kurang sempurna. Karena apa yang terjadi bukan kemauan orang tua. Anak penyandang disabilitas dan berkebutuhan khusus harus mendapatkan pendidikan yang layak dan diberi pelatihan keterampilan agar bisa mandiri di kemudian hari.

Bahkan sang gubernur ini meminta para bupati dan walikota di NTT untuk mendukung pendidikan inklusif dengan menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang.

Launching NTT sebagai provinsi inklusif didukung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kementerian Pendidian dan Kebudayaan RI menyatakan hambatan yang ada pada anak tidak boleh menyebabkan anak tidak mendapat pelayanan pendidikan yang maksimal.Hambatan bukan halangan.

Dorongan yang kuat dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini mesti memacu pemerintah Provinsi NTT, para orang tua dan keluarga untuk memenuhi hak atas pendidikan setiap anak.

Peran Keluarga

Peran orangtua dan keluarga untuk anak berkebutuhan khusus sangat penting. Anak yang dikategorikan sebagai Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar atau gangguan emosianal, atau perilaku, hambatan fisik, hambatan pendengaran, hambatan penglihatan, komunikasi, dan anak-anak yang memiliki bakat khusus.

Di zaman sekarang ini, banyak orangtua yang memiliki sedikit waktu untuk keluarga. Hal tersebut justru malah berdampak pada anak-anak yang kurang perhatian, terutama pada anak-anak berkebutuhan khusus.

Keluarga dalam hal ini orang tua adalah lingkungan terdekat dan utama dalam kehidupan anak berkebutuhan khusus. Berbagai penanganan dan peningkatan kemampuan hidup anak berkebutuhan khusus akan sangat ditentukan oleh peran dan dukungan penuh dari keluarga, sebab keluarga adalah pihak yang mengenal dan memahami berbagai karakter dalam diri seseorang dengan jauh lebih baik daripada orang lain.

Bagi anak berkebutuhan khusus, peran aktif orang tua ini merupakan bentuk dukungan sosial yang menentukan kesehatan dan perkembangannya, baik secara fisik maupun secara psikologis.

Dukungan sosial dimaksudkan sebagai keberadaan dan kesedian orang-orang yang berarti, yang dapat dipercaya untuk membantu, mendorong, menerima, dan menjaga individu ABK agar dapat mandiri. Setiap anak lahir dengan membawa kemampuan di dalam dirinya yang harus dikembangkan secara optimal tak terkecuali pada Anak Berkebutuhan Khusus.

Tidak ada alasan bagi orang tua dan keluarga untuk merasa malu dengan kondisi anak berkebutuhan khusus.

Setiap anak yang lahir ke dunia adalah anugerah Tuhan. Tuhan tidak pernah salah menciptakan ciptaan-Nya. Tuhan memiliki rencana atas semua ciptaan-Nya, termasuk dalam diri anak berkebutuhan khusus.

Merawat, melindungi, mengasuh dan mencintai mereka dengan memenuhi hak atas pendidikan inklusif adalah peran luar biasa yang dapat dilakukan orangtua dan keluarga. Bahkan anak berkebutuhan khusus memiliki talenta yang luar biasa, yang tidak ditemukan pada anak-anak yang lahir nomal.

Melalui pendidikan, talenta dan bakat itu dapat diasah dan dikembangkan lebih baik. Sampai saat ini, pendidikan adalah jalan terbaik menciptakan generasi unggul, jalan terbaik mengubah kehidupan menjadi lebih berkualitas.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved