Berita Flores Timur
BREAKING NEWS: Gadis 16 Tahun asal Maumere Diduga Lakukan Aborsi di Larantuka
Polres Flores Timur menjemput seorang gadis berumur 16 tahun di Maumere. Karyawan sebuah dealer motor di Maumere berinisial N ini diduga aborsi
Penulis: Felix Janggu | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Feliks Janggu
POS-KUPANG.COM|LARANTUKA- Kepolisian Polres Flores Timur tengah menjemput seorang gadis berumur 16 tahun di Maumere Sikka Selasa (24/7/2018).
Karyawan sebuah dealer motor di Maumere berinisial N ini diduga melakukan kegiatan aborsi di Kota Larantuka Flores Timur Sabtu malam (21/7/2018).
Polisi baru mengetahui informasi itu Minggu (22/7/2018) dan mendalami informasi itu dan memastikan tempat kejadian perkara di Kelurahan Weri Larantuka.
Kapolres Flotim AKBP Arri Vaviriyantho kepada POS-KUPANG.COM Selasa (24/7/2018) mengungkapkan seorang warga menampung gadis asal Maumere itu saat melahirkan bayi meninggal.
Diduga untuk menyembunyikan kejahatan, gadis ibu bayi itu meminta bantuan pemilik rumah menguburkan bayi yang meninggal.
Bayi itu dikuburkan di pekuburan umum Weri di belakang rumah seorang warga.
Baca: Pendaftaran Penerimaan CPNS, Masyarakat Diminta Menunggu dan Mengecek di Menpan.go.id
Baca: Penjual Sayur dari Kampung Jemur di Matahari
Baca: Patung Kritus Raja di Labuan Bajo diletakan di Puncak 240 Meter dari Permukaan Laut
Praktik Aborsi di Denpasar
Sementara itu, tak hanya obat penggugur kandungan (aborsi) yang diperdagangkan dengan bebas di masyarakat melalui internet.
Praktik aborsi ternyata juga dipasarkan lewat website dan media sosial (medsos). Dari penelusuran Tribun Bali, ada dua klinik di Denpasar yang menyediakan fasilitas aborsi secara sembunyi-sembunyi.
Dua klinik itu memasarkan jasa mereka lewat website. Saat Tribun Bali mengetik kata kunci "tempat aborsi di Bali" di mesin pencarian google, muncul sejumlah website yang menyediakan jasa-jasa aborsi di Bali.
Semua website tersebut menyediakan kontak WhatsApp (WA) yang bisa dihubungi. Tribun Bali pun mencoba menghubungi salah-satu kontak yang tersedia.
Dengan berpura-pura akan melakukan aborsi dengan usia kehamilan dua bulan, pesan singkat kemudian dibalas. Mereka mengaku dari pihak staf dokter yang melakukan aborsi.
Diajak berkomunikasi melalui telepon atau bertemu langsung, ia menolak. Semua percakapan hanya boleh dilakukan lewat WA atau pesan singkat (SMS).
Setelah memberitahu usia kehamilan, staf dokter aborsi itu kemudian meminta Tribun Bali untuk mentransfer tanda jadi terlebih dahulu.
Di tempat aborsi ini, total biaya yang dimintakan ke pasien sebesar Rp 3,7 juta. Hanya saja, mereka tidak ingin transaksi langsung. Pasien harus membayar tanda jadi sebesar Rp 1 juta.
"Maaf kami tidak bisa menerima pasien begitu saja pak. Harus ada tanda jadi dulu. Soalnya tindakan ini dilarang," kata staf dokter tersebut melalui WA beberapa hari lalu.
Ia kemudian meyakinkan Tribun Bali bahwa mereka tidak bodong. Ia pun mengirim bukti chat (percakapan) dengan pasien-pasien sebelumnya.
Ia juga mengirim beberapa foto mengenai tempat praktiknya. Entah disengaja atau tidak, salah-satu foto yang ia kirim bertuliskan sebuah klinik yang cukup terkenal di Denpasar.
Di klinik tersebut sebelumnya juga sempat terjadi kegemparan lantaran ditemukan orok hasil hubungan gelap siswi SMP di Denpasar.
Tribun Bali kemudian mencoba menelusuri website lain yang menyebut menyediakan jasa aborsi di Bali.
Klinik aborsi ini beralamat di kawasan tengah kota Denpasar. Namun, kontak yang dihubungi Tribun Bali tidak mau menyebut detail alamat klinik tersebut.
"Maaf saya nggak bisa beri alamat dulu. Ini untuk keamanan kami, karena kerjaan saya bertentangan dengan pihak berwajib. Jadi, kalau ibu mau kuret (aborsi) kita ketemu di luar, kemudian sama-sama ke klinik dan ibu langsung ditangani," kata pihak dari klinik aborsi itu kepada Tribun Bali.
Klinik ini menyediakan jasa aborsi berdasarkan usia kehamilan. Untuk usia kehamilan 1-2 bulan, dipatok harga sebesar Rp 2 juta. Sedangkan untuk usia kehamilan 3-5 bulan biayanya sebesar Rp 2,5 juta.
Sementara untuk usia kehamilan 6-8 bulan dipatok harga sebesar Rp 3 juta. "Itu sudah semuanya," katanya.
Klinik ini mengaku memiliki dokter spesialis kandungan perempuan, dan pengguguran dilakukan di klinik dengan menggunakan alat-alat yang steril dan berstandar medis.
Namun saat Tribun Bali meminta waktu untuk berkonsultasi terlebih dahulu sebelum melakukan aborsi, ia tidak bersedia.
Hamil di Luar Nikah
Aborsi biasanya terkait dengan kasus kehamilan yang tidak diinginkan.
Mirisnya, di Bali kehamilan yang tidak diinginkan dan hamil di luar pernikahan ini banyak terjadi pada anak muda. Beberapa diantara mereka bahkan mengidap HIV/AIDS.
Hal ini diungkapkan oleh Ketua Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH-APIK) Bali, Ni Luh Putu Nilawati, pada Senin (25/6) kemarin.
"Kasus kekerasan dalam rumah tangga banyak kami tangani. Nah dari banyak kasus kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan terhadap perempuan, rata-rata penyebabnya adalah kehamilan yang tidak diinginkan. Itu sebanyak 10 sampai 12 kasus per tahun di tempat kami. Banyak itu terjadi pada muda-mudi," kata Nilawati.
Dari kasus-kasus kehamilan yang tidak diinginkan ini, paling banyak dialami oleh mereka yang bekerja di bidang pariwisata seperti di hotel, dan panti pijat atau spa. Kebanyakan mereka juga berasal dari kalangan menengah-atas.
Sementara itu, guru besar psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (Unud) Bali, Prof Dr Luh Ketut Suryani mengatakan, aborsi kehamilan akan berdampak negatif bagi pelaku dan orang yang ikut membantu menggugurkan kandungan.
Tak hanya berdampak bagi kesehatan, namun juga pada spiritual dan psikologi mereka.
Menurut Suryani, melakukan aborsi adalah tindakan keji, karena telah membunuh anak kandungnya sendiri.
Tindakan aborsi diyakini Prof Suryani akan berdampak besar pada psikologi seseorang, yang akan bisa berakibat fatal bahkan sampai gangguan jiwa.
"Pengguguran adalah pembunuhan. Kalau dia merasa orang Bali yang taat beragama, pengguguran itu menyangkut karmapala. Roh anak yang digugurkan itu tidak akan diam, dia akan mengganggu baik si pelaku aborsi maupun keluarganya. Pasien saya banyak mengalami gangguan jiwa, karena dampak dari melakukan aborsi itu," kata Suryani kepada Tribun Bali, Senin (25/6).
"Mari kita berpikir panjang. Jangan melakukan abrosi. Berani berbuat ya berani bertanggungjawab. Janin dalam kandungan itu tidak main-main dan ini sering dilupakan orang. Walaupun dibuatkan upacara setelah pengguguran, itu bukan berarti secara spiritual telah selesai. Banyak yang menganggap ini hanya segumpal darah saja. Padahal ini dosa, karena ini membunuh," jelasnya.(*)