Catatan Sepakbola
Menuju Keabadian Sepanjang Masa
Keberhasilan Kroasia lolos ke final Piala Dunia 2018 adalah kali pertama sepanjang keikutsertaan mereka di Piala Dunia sejak melakoni
Penulis: dion_db_putra | Editor: Putra
Catatan Sepakbola Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM – Kasihan Inggris. Bagi mereka yang memujanya meluncur lirik keluhan, bahkan sekadar meraih juara III pun tak sanggup. Kesebelasan Tiga Singa dua kali menggelepar menghadapi lawan yang sama. Belgia meraih kehormatannya sebagai juara tiga Piala Dunia 2018. Hasil yang pantas untuk Eden Hazard dan kolega. Salut!
Walau kalah dua kali dunia mestinya tidak serta merta kehilangan respek buat tim minenial Gareth Southgate. Inggris tetap yang terbaik sejauh ini setelah kisah heroik para senior mereka tahun 1966 dan 1990.
Cuma begitulah watak kebanyakan awak media Britania. Nyinyirnya tak berkesudahan. Mirip sebagian politisi Indonesia zaman now. Sebelum melawan Krosia di semifinal, pers Inggris merendahkan Luka Modric dan kawan-kawan. Pasukan dari negeri mungil di Semenanjung Balkan melawan spartan mengunci Inggris berhenti di empat besar.
Setelah Harry Kane dkk hanya meraih posisi keempat, media Inggris lagi-lagi berkicau. Riuh menyembul nada minor. Untung Southgate sudah biasa menghadapinya sehingga masih bisa tersenyum di ujung pesta Rusia 2018. Inggris itu negeri selebritis dengan bumbu gosip dan rumor yang rancak. Termasuk di ladang sepakbola.
Baiklah. Lupakan sudah Inggris vs Belgia. Hari ini 15 Juli 2018 dunia menanti dalam beragam rasa menyongsong laga puncak Prancis vs Kroasia. Dua finalis mengejar tujuan yang sama yaitu keabadian sepanjang masa.
Usia kejuaraan sepakbola Piala Dunia hampir satu abad tapi baru delapan negara yang pernah meraih juara. Uruguay, Brasil, Argentina, Jerman, Italia, Inggris, Prancis dan Spanyol. Tiga negara asal benua Amerika dan lima dari Eropa.
Seusai menyingkirkan Inggris 2-1 di semifinal, Kroasia hanya berjarak sejengkal lagi menuju sejarah yang akan dikenang sepanjang masa. Kemenangan atas Prancis malam ini di Stadion Luzhniki Moskwa akan mengabadikan nama Kroasia sebagai negara kesembilan yang meraih trofi FIFA World Cup.
Lebih dari itu kemenangan atas Prancis menuntaskan misi balas dendam atas kekalahan para senior mereka di babak semifinal Piala Dunia 1998 yang saat itu berakhir 1-2 bagi Les Bleus.
Optimisme menyala-nyala di dada pemain Kroasia menyambut laga final. "Setelah hari ini, semua orang di Kroasia dan seluruh dunia akan berpikir bahwa kami telah membuat sejarah. Sekarang hanya tersisa satu laga lagi bagi kami untuk membuat prestasi yang akan dikenang selamanya," kata bek Kroasia, Dejan Lovren seusai pertandingan melawan Inggris, sebagaimana dikutip BolaSport.com.
Keberhasilan Kroasia lolos ke final Piala Dunia 2018 adalah kali pertama sepanjang keikutsertaan mereka di Piala Dunia sejak melakoni debut tahun 1998 sebagai negara baru pecahan Yugoslavia. Statistik tujuh pertandingan sebelumnya yang meraih hasil 100 persen memungkinkan tim asuhan Zlatko Dalic boleh bercita-cita menjadi juara dunia.
Danijel Subasic, Ivan Strinic, Domagoj Vida, Dejan Lovren, Sime Vrsaljko, Ivan Rakitic, Luka Modric, Ivan Perisic, Ante Rebic, Andrej Kramari, Mario Mandzukic memiliki kesempatan emas untuk mewujudkan harapan tersebut.
Dua puluh tahun lalu Zinedine Zidane Cs mencabik-cabik perasaan Davor Suker dan kolega. Kini giliran Luka Modric dan Ivan Rakitic memberi pelajaran bagi Antoine Griezmann dan rekan. Resepnya konsisten dan disiplin serta tidak terbuai sindrom over percaya diri. Bursa taruhan dunia dalam 48 jam terakhir tidak lagi sepenuhnya memilih Prancis. Kroasia memetik simpati luar biasa. Banyak yang berani menyebutnya sebagai juara baru.
Namun, Kroasia perlu menyadari bahwa lawannya adalah Prancis asuhan pelatih bertangan dingin, Didier Deschamps yang kinerjanya stabil selama dua tahun berlakangan ini. Tim Ayam Jago adalah runner-up Piala Eropa 2016 dan kini sudah di final Piala Dunia. Prancis adalah negara yang paling banyak masuk final Piala Dunia dalam dua dekade terakhir.