Breaking News

Berita Gunung Agung Erupsi

Takut Erupsi Susulan Ratusan Warga Memilih Bertahan di Pengungsian Gunung Agung

dari raut wajah warga Dusun Kesimpar, Desa Besakih, Kabupaten Karangasem, Bali. Kediaman berada dalam radius 4 km dari puncak Gunung Agung

Editor: Ferry Ndoen
(ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)
Sejumlah warga mengasuh anaknya di pengungsian menyusul peningkatan aktifitas Gunung Agung di Desa Duda Timur, Karangasem, Bali, Selasa (3/7/2018). Sedikitnya 800 warga yang bermukim di lereng Gunung Agung terpaksa mengungsi ke desa penyangga karena terjadinya ledakan disertai lontaran batu pijar saat terjadinya erupsi pada Senin (2/7/2018). 

POS KPANG.COM - - Perasaan gundah tampak terlihat dari raut wajah warga Dusun Kesimpar, Desa Besakih, Kabupaten Karangasem, Bali. Kediaman mereka berada dalam radius 4 kilometer dari puncak Gunung Agung.

Imbauan Menteri ESDM Ignasius Jonan agar mereka kembali agaknya belum bisa direalisasikan oleh ratusan warga Dusun Kesimpar karena mereka lebih memilih tetap bertahan di pengungsian UPTD Pertanian, Kecamatan Rendang, dengan membangun hunian sementara di halaman setempat.

"Kalaupun pemerintah mengimbau kepada warga yang di luar radius 4 kilometer agar kembali ke rumah masing-masing, kami sekeluarga yang berada pada radius 4 kilometer lebih memilih tetap mengungsi karena saya khawatir tidak bisa menyelamatkan diri jika erupsi susulan," kata Wayan Mukun, warga Dusun Kesimpar, Desa Besakih, Karangasem, Bali (4/7).

Keinginan warga tetap bertahan di pengungsian bukanlah tanpa alasan. Mereka melihat kondisi jalan permukiman di dusunnya yang mengalami rusak parah dan merupakan jalur satu-satunya kendaraan bermotor untuk bisa menuju lokasi evakuasi yang lebih aman. Jika terjadi sesuatu, akan sulit menyelamatkan diri.

Total pengungsi asal Dusun Kesimpar berjumlah 205 orang yang memilih tetap bertahan, bahkan mereka membuat hunian sementara (huntara) dari bambu yang dilakukan secara swadaya dan dengan dana pribadi pula.

"Warga belum berencana pulang sebelum kondisi gunung betul-betul normal dan aman untuk warga bisa kembali ke rumah. Saya mengetahui imbauan dari Bapak Menteri ini. Akan tetapi, warga tetap menunggu kondisi gunung normal," ujarnya.

Alasan serupa juga diakui Nengah Merta, warga lain Dusun Kesimpar yang juga memilih tetap bertahan di pengungsian bersama seluruh anggota keluarganya, mengingat kediamanya merupakan jalur rawan bencana yang juga menjadi lokasi jalur material dari sang Gunung Dewa itu.

Jalan dari dusunnya menuju Tuak Tabia untuk bisa ke Desa Rendang (posko utama) merupakan satu-satunya jalan utama yang dilalui warga Dusun Kesimpar agar bisa menyelamatkan diri dari bahaya erupsi Gunung Agung jika terjadi kembali.

Rumah Merta yang berada di bawah kaki Gunung Agung menjadi alasan baginya untuk memilih tetap bertahan di pengungsian. Namun, pihaknya telah memiliki rencana alternatif apabila para pengungsi tidak diperbolehkan tinggal di posko UPTD Pertanian, dia mencari lokasi lain untuk mengungsi agar keluarganya tetap aman.

"Saya memilih tetap bertahan di pengungsian karena pada malam hari di dusun ini terdengar suara gemuruh Gunung Agung sangat keras. Misalnya, para pengungsi di sini tidak diberi bantuan logistik, saya dan pengungsi lainnya akan beli sendiri. Yang terpenting, pengungsi aman di sini," ujarnya.

Hal itu dibenarkan Kadek Dana warga asal Dusun Kesimpar yang rumahnya berada di luar radius 4 kilometer dari Puncak Gunung Agung. Namun, dia juga memilih mengungsi bersama sanak keluarganya karena khawatir dengan aktivitas Gunung Agung yang tidak menentu saat ini.

"Warga membangun hunian sementara secara swadaya dan gotong royong. Perasaan waswas dengan kondisi aktivitas Gunung Agung yang terus mengalami erupsi menjadi tekad kami tetap bertahan," ujarnya.

Alasan para pengungsi membuat hunian sementara karena hawa dingin pada malam hari sangat terasa menusuk badan mereka jika tidur di Wantilan UPTD Pertanian, Desa Rendang yang telah disediakan sehingga mereka memilih untuk membangun hunian sementara.

Keinginan warga pengungsi itu disambut baik oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karangasem I Wayan Supandi.

"Pemerintah tidak melarang pengungsi membangun hunian sementara di tempat itu. Namun, diharapkan tidak merusak tanaman cabai dan gumiti yang ditanam petugas setempat," katanya.

Halaman
123
Sumber:
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved