Erupsi Gunung Agung
Burung Berukuran Besar Turun dari Gunung Agung, Pertanda Apakah Ini?
Burung berukuran besar mulai turun gunung, cahaya api terlihat, gemuruh Gunung Agung di Bali terus terdengar. Pertanda apakah ini?
Rencananya Wenten dan keluarganya akan menginap selama semalam di Banjar Bangbang Pande untuk mengungsi. Jika kondisi sudah membaik hari ini, barulah ia dan kerabatnya akan pulang.
"Sekarang di rumah kondisinya hujan deras, dan cahaya api masih terlihat. Mungkin nanti ada kerabat lainnya yang menyusul untuk mengungsi," jelasnya.
Warga Banjar Kidulingkreteg lainnya, Eka Sanjaya, mengungkapkan dirinya dan beberapa kerabatnya sempat melihat burung ukuran besar terbang turun dari gunung. Burung tersebut membentangkan sayapnya, hingga berukuran sekitar dua meter.
"Ada burung besar tadi turun dari gunung. Banyak warga yang melihat. Sangat jelas karena terbang di bawah sinar bulan," tutur Eka Sanjaya tadi malam.
Burung itu terbang ke arah lembah, dan menghilang diantara semak-semak. Warga memperkirakan burung itu turun gunung karena mulai terasa panas di puncak gunung.
Baca: 3 Zodiak Ini Ga Suka Berpelukan Pasca Berhubungan Intim, Siapa Saja Mereka?
Baca: Benda Dalam Kotak Wafer Astor Ini Seret Eks Pramugari Simangunsong ke Penjara
Baca: Bocah Sendirian ke Mall Belikan Boneka untuk Adiknya, Kisah Dibaliknya Sangat Mengharukan
I Ketut Baru, warga Banjar Kedungdung, Desa Besakih, juga mengaku mendengar suara gemuruh dari Gunung Agung. Bahkan gemuruh terjadi secara terus menerus dan masih terjadi hingga semalam.
"Suara gemuruh mulai terdengar dari jam 11 malam kemarin (Rabu malam) dan sampai sekarang (tadi malam) gemuruh terus menerus tanpa henti. Suaranya terdengar keras sekali," katanya kepada Tribun Bali tadi malam.
Di puncak Gunung Agung ia juga melihat kepulan asap abu-abu dan sinar kemerahan.
"Daerah (Banjar Kedungdung, Besakih) saya radiusnya 8 km. Dari sini terlihat di puncak Gunung Agungmuncul asap tebal dan di puncaknya terlihat sinar warna merah terang," jelas pria yang bertugas menjadi Linmas ini.
Ratusan warga Banjar Temukus Besakih pun mengungsi. Dikatakan Ketut Baru, tadi malam warga Banjar Temukus mengungsi ke Banjar Kedungdung. Sebagian besar pengungsi adalah anak-anak, perempuan, dan orang tua.
"Karena gemuruh terus menurus dan suaranya keras, warga Banjar Temukus mengungsi. Sekarang saya masih menerima pengungsi dari Bajar Temukus, Besakih. Radius Banjar Temukus itu 3 kilometer," ujarnya.

Sekitar 200-an pengungsi anak-anak, perempuan, dan orang tua menempati Balai Banjar Kedungdung. Untuk yang laki-laki masih ada di Temukus menunggui hewan ternak.
"Kalau daerah kami belum terdampak hujan abu. Di daerah kami masih aman," ungkap Ketut Baru.
Ratusan warga Desa Sebudi, Kecamatan Selat, yang berada di sekitar lereng Gunung Agung di radius 5 sampai 6 kilometer juga mengungsi ke daerah radius 10 hingga 12 kilometer.
Perbekel Sebudi, Komang Tinggal, menjelaskan warga mulai "turun gunung" sejak pukul 19.00 Wita setelah dengar suara gemuruh, sinar api, serta mencium belerang di pemukiman hingga radius 6 kilometer.