Untuk Pilgub NTT 2018, Ternyata Begini Perilaku Memilih di Kalangan Mahasiswa
Bila dicermati dari latar belakang daerah dan agama, maka terlihat bahwa orang Katolik secara mayoritas akan
Berbicara tentang perilaku ada dua kelompok mahasiswa yang rada nyentrik. Yang pertama mahasiswa Teknik. Mengamati perilaku dan pola jawabannya, mereka termasuk mahasiswa yang dapat diinterpretasi sebagai mengatakan, "Pilgub?
Memangnya gua pikirin?" Indiferen tetapi tidak menarik garis demarkasi. Mahasiswa Filsafat lain lagi. Mereka tahu bakal ada pilgub, tetapi mereka mengambil jarak dan membangun sikap yang amat skeptis bahwa ini merupakan ajang bagi aktualisasi demokrasi.
Ada sekitar 4,07 persen yang menyatakan tidak akan memilih -semuanya dari Filsafat -dengan alasan tidak memiliki KTP, tidak tertarik, hingga keyakinan siapapun yang terpilih menjadi gubernur, dia tidak akan sanggup mengubah nasib saya.
Sikap skeptik bahkan apatis ini bisa mencerminkan keberjarakan yang diambil Gereka Katolik terhadap negara dan berbagai institusi yang berada di bawah negara.
Contoh paling anyar penyelenggaraan Pesparani baru terjadi setelah negara ini berdiri lebih dari 70 tahun, padahal MTQ dan Perparawi sudah menikmati uang negara selama puluhan tahun.
Mahasiswa NTT berjumlah 56.714 (BPS 2016) sementara pemilih dalam DPT untuk pilgub 2018 berjumlah 3.177.562. Kalau hasil survei tidak berubah, maka jumlah mahasiswa ini tidak signifikan untuk mengubah peta. Namun dinamika politik bisa saja berubah dalam hitungan detik.
Mahasiswa memang bebas memilih, tetapi kenyataan bahwa kita berada dalam negara sebagai sesuatu yang niscaya, membuat kita secara tak terelakkan mengambil bagian dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara. *