Untuk Pilgub NTT 2018, Ternyata Begini Perilaku Memilih di Kalangan Mahasiswa
Bila dicermati dari latar belakang daerah dan agama, maka terlihat bahwa orang Katolik secara mayoritas akan
Mahasiswa juga berkeyakinan bahwa pasangan ini mampu membangun NTT ke tingkat yang lebih sejahtera dengan skor 79.
Akan halnya OTT yang menimpa Marianus Sae, mahasiswa mempersepsikannya sebagai momen sial saja karena kabupaten lain bahkan propinsi pun melakukan hal yang sama, hanya saja mereka mengerti trik sehingga tidak bisa dikategorikan sebagai kasus korupsi.
Alasan lain yang juga masuk kategori relatif kuat ialah bahwa pasangan ini tegas dalam prinsip dengan skor 79.
Alasan kesamaan daerah, kesamaan agama, kesamaan partai serta kepemilikan harta kekayaan sebagai jaminan tidak melakukan korupsi, mendapat skor rendah dengan kisaran 31 hingga 44 dalam rentang 0-100.
Pasangan yang mendapat rangking dua dalam elektabilitas adalah BKH-Benny Littelnoni. Walaupun BKH bergelar Doktor Hukum, tingkat pendidikan tinggi ini mendapat apresiasi biasa-biasa saja dari mahasiwa dengan skor 75.
Dalam hal pendidikan MS-Emi mendapat skor 62, Victor-Josef 61, sedangkan Esthon-Chris mendapat angka tinggi yaitu 80. Bila diparafrase, mahasiswa mau mengatakan bahwa untuk menjadi gubernur, gelar S1 sudah cukuplah.
Mengapa mahasiswa memilih BKH-BL? Alasan paling kuat adalah pengalaman di bidang pemerintahan dengan skor 79, dan pengalaman di bidang legislatif dengan skor 72. Sementara sifat merakyat, kejelasan visi-misi, serta persepsi tentang kemampuan pasangan ini membawa NTT ke arah yang lebih baik mendapat skor rata-rata 75.
Pasangan yang menempati posisi ke-3 dalam elektabilitas di kalangan mahasiswa adalah Victor-Josef. Untuk semua alasan, pasangan ini tidak mendapat skor di atas 80. Namun ada satu alasan yang unggul ialah bahwa pasangan ini sanggup membangun jejaring dengan Jakarta dalam proses pembangunan NTT.
Angka untuk faktor ini memang hanya 73 tetapi jauh di atas Esthon-Chris yang hanya meraih angka 49, MS-Emi degan angka 59 dan BKH yang mendapat angka 69.
Alasan lain seperti visi misi yang jelas, sifat merakyat, pengalaman di bidang pemerintahan dan legislatif, kepercayaan akan kemampuan mereka membangun NTT serta ketegasan dalam prinsip dan cara berada dalam kisaran skor 70 sampai 74 menurut penilaian mahasiswa.
Pasangan yang mendapat dukungan suara yang paling kecil di kalangan mahasiswa adalah Esthon-Chris. Walaupun dukungan suara bagi pasangan ini kecil, mereka mendapat skor tinggi bahkan paling tinggi untuk semua variabel.
Misalnya, kejelasan visi misi mendapat skor 95, dan keyakinan bahwa pasangan ini bisa membawa NTT ke kondisi yang lebih baik mendapat angka 91. Demikian pula watak merakyat dan pengalaman dalam birokrasi mendapat skor hampir 87. Sayangnya jumlah dukungan untuk peraih skor tinggi ini hanya 5,23 persen.
Apa yang diharapkan dari pasangan-pasangan ini bila menjadi gubernur? Para mahasiswa harapkan agar pasangan terpilih bisa membawa NTT ke kondisi yang lebih sejahtera.
Bila dirinci, yang dimaksudkan dengan sejahtera adalah kondisi kesehatan yang lebih baik, pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan tinggi yang bisa diakses semua anak usia didik, NTT yang bebas dari korupsi dan human trafficking, NTT dengan infrastruktur yang lebih memadai, NTT dengan sistem penegahan hukum yang berkeadilan, dan NTT yang terpelihara iklim kerukunan antarumat beragamanya.
Semua aspek ini mendapat skor tinggi di atas 80. Sayangnya penciptaan iklim yang kondusif bagi pemasaran komoditi, penciptaan lapangan kerja, dan pelatihan kerja bagi para pengangguran mendapat skor lebih rendah, padahal ketiga hal inilah yang menjadi basis bagi NTT yang lebih sejahtera.