Kami Berbeda karena Virus Rubella
Tidak hanya itu, Alkis mengalami kebocoran dinding jantung; tuli dan juga pertumbuhan yang terhambat.
Oleh: Ermi Ndoen
Anggota FAN dan IAKMI NTT
POS-KUPANG.COM - Namanya Alkis. Kelahiran Alkis merupakan hadiah terindah buat orangtuanya. Suatu kebahagiaan yang sempurna. Namun, semua itu tidak berlangsung lama.
Pada Usia 11 bulan, semuanya berubah. Alkis diketahui mengalami buta katarak sejak lahir. Dunia menjadi gelap. Ia tidak bisa menyaksikan wajah terkasih kedua orangtuanya.
Tidak hanya itu, Alkis mengalami kebocoran dinding jantung; tuli dan juga pertumbuhan yang terhambat. Untuk merangkak pun merupakan suatu yang sulit buat Alkis. Walaupan demikian, orangtuanya terus berjuang merawat Alkis dengan penuh kasih sayang.
Senasib dengan Alkis. Fin juga terlahir dengan kondisi yang berbeda. Fin sudah harus menjalani operasi katarak pada umur 8 minggu.
Pada usia baru 15 minggu, Fin harus menggunakan kaca mata yang super tebal untuk ukuran bayi seusianya. Fin tidak bisa mendengar; bahkan dalam usian 14 minggu, Fin harus menjalani operasi implant untuk memasukan alat bantu dengar di telinganya. Otak Fin mengalami ganguan dan berakibat pada pertumbuhan fisiknya yang terhambat.
Sejak usia dini, Fin sudah harus menjalani fisio terapi. Tes darah rutin dan echo
jantung adalah rutinitas bagi Fin dan keluarganya. Tidak terhitung biaya yang harus dikeluarkan untuk perawatan Fin. Naif saat ini berusia 9 tahun.
Naif juga terlahir dengan ketulian, katarak pada mata kiri; penyempitan dan kebocoran jantung; pengapuran otak dan fungsi hati yang terganggu. Tidak terbayangkan beban psikis dan mental orangtuanya.
Terapi rutin dan perawatan dari berbagai dokter spesialis adalah rutinitas hidup Naif. Semua itu tentu menguras dana, tenaga dan waktu orangtua Naif, demi buah hati mereka yang tercinta.
Alkis, Fin dan Naif adalah sebagian dari anak-anak yang "terpaksa berbeda". Ibu mereka terserang virus Rubella ketika mereka masih dalam kandungan. Virus ini tidak mematikan, tetapi ketika menyerang ibu hamil, terutama pada tiga bulan umur kehamilan akan berakibat fatal bagi janin yang dikandungnya.
Kondisi yang sama ini juga dialami oleh Rizki, Ubai, dan Ubbi. Mereka semua terkena virus Rubella saat masih dalam kandungan ibunya. Mereka semua terlahir dengan ganguan penglihatan, ketulian, jantung yang bocor, kerusakan otak retardasi psikomotorik dan mental yang mengakibatkan terlambatnya tumbuh kembang mereka.
Operasi katarak sejak usia sangat dini. Penggunaan alat bantu dengar yang ditanamkan pada telinga mereka -bahkan sejak usia 2 bulan, operasi jantung dan fisio terapi rutin adalah cerita hidup yang harus dijalani.
Mereka memang memiliki hidup yang berbeda. Semua ini karena serangan virus Rubella.
Kisah para ibu yang tertular virus Rubella saat mengandung buah hatinya sangat menggugah perasaan saya. Ibu Yunelia yang tergabung dalam komunitas Rumah Ramah Rubella, membagi cerita bagaimana hatinya hancur karena tertular virus
Rubella saat mengandung buah hatinya. Grace Melia (28 tahun), seorang ibu muda yang juga tertular virus Rubella saat mengandung putri pertamanya, Ubbi di Kalimantan. Ubbi mengalami tuli, pengapuran otak dan tidak bisa berjalan. Grace adalah penggagas Rumah Ramah Rubella, sebuah komunitas untuk para orangtua yang anak-anaknya mengalami kondisi khusus karena virus Rubella.
