Jaga Kedaulatan RI, Tiga Kapal Perang Indonesia Dikerahkan ke Sabang, Ada Apa?
Ketiga kapal militer tersebut yaitu KRI Sultan Thaha Syaifuddin 376, KRI Teluk Hading 538, dan KRI Wiratno 379.
Enam belas kapal dibuat untuk Volksmarine (1997-1981) dan 12 kapal yang dimodifikasi dibuat untuk AL Soviet pada 1985-1990 oleh VEB Peenewerft, Wolgast.
Setelah Penyatuan kembali Jerman, bekas negara Jerman timur menjual kapal-kapal ini ke TNI Angkatan Laut pada 1993. Korvet ini pernah digunakan sebelumnya oleh Angkatan Laut Jerman Barat.
Kapal ini dinamai Wiratno, mengambil nama komandan dari RI Matjan Tutul, berpangkat kapten TNI AL yang gugur bersamaKomodor Yos Sudarso pada Pertempuran Laut Aru tanggal 15 Januari 1962.
Kapal ini juga dilengkapi dengan persenjataan empat tabung peluncur torpedo 15.7 inci. Peluru kendali sistem pertahanan udaranya adalah dua peluncur rudal SA-N-5, rudal darat ke udara untuk pertahanan udara jarak-dekat terhadap pesawat sayap tetap , pesawat sayap putar dan terhadap rudal anti-kapal yang datang.
Anti kapal selam. Selain itu ia juga dilengkapi dengan 2 RBU-6000 untuk peranan anti-kapal selam (ASW RL) dan juga mempunyai 2 para (Deep Charge).
Meriam utama kapal perang dipasang pada dek depan, adalah meriam kembar 57mm/70 caliber DP. Kapal ini juga dilengkapi dengan satu senapan 30 mm kembar serbaguna.
KRI Sultan Thaha Syaifuddin (376)

KRI Sultan Thaha Syaifuddin adalah sebuah korvet Kelas Parchim yang dibuat untuk Volksmarine / AL Jerman Timur pada akhir 70-an.
Penamaan menurut Pakta Warsawa adalah Project 133. Kapal ini didesain untuk perang anti kapal selamdiperairan dangkal / pantai.
16 kapal dibuat untuk Volksmarine (1997-1981) dan 12 kapal (versi modifikasi) dibuat untuk AL Soviet pada 1985-1990 oleh Peenewerft, Wolgast.
Soviet memesan kapal ini dengan tujuan untuk menolong industri kapal Jerman Timur , karena saat itu sebenarnya Soviet sudah mempunyai korvet Kelas Grisha yang lebih baik dibanding Parchim dalam semua aspek.
Begitu keluar dari perairan dangkal keampuhan dari kapal ini menurun drastis.
Di Soviet korvet kelas Parchim dikembangkan lagi menjadi korvet kelas Parchim II. Setelah Penyatuan kembali Jerman, bekas negara Jerman timur menjual kapal-kapal Parcimnya ke TNI AL Indonesia pada tahun 1993.
Oleh TNI AL kapal ini dimodifikasi dengan menambahkan kapasitas BBM untuk patroli lebih lama dilaut.
Baca: Bosan dengan Telur Ceplok? Yuk Coba 5 Variasi Masakan dari Telur untuk Menu Buka Puasa Hari Ini
Baca: Pemakaman Menantu Hatta Rajasa, Bercak Hitam di Organ Dalam hingga Ular Sanca di Rumah Duka
Saat ini KRI Sultan Thaha Syaifuddin adalah KRI kelas Parchim pertama yang akan melaksanakan program modernisasi senjata dan sensor elektroniknya sehingga nantinya akan mampu meningkatkan kemampuan tempur dan self defence kapal ini apabila difungsikan sebagai kapal tabir suatu gugus tugas.