Bukan Puji dan Tri, Inilah Teroris Perempuan Pertama Indonesia yang Lakukan Bom Bunuh Diri
Bukan Puji dan Tri, tapi inilah teroris perempuan pertama Indonesia yang lakukan bom bunuh diri di Indonesia.
Lebih ringan dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum yang meminta hukuman 10 tahun penjara. Serangan tadinya akan dilakukan 11 Desember 2016.
Fenomena melibatkan perempuan sebagai petarung dalam aksi terorisme, termasuk pengebom bunuh diri, memasuki tahap baru di Indonesia.
Dalam tataran global, perempuan dan aksi terorisme sudah marak sejak tahun 1960-an.
Mia Bloom, guru besar studi keamanan di Universitas Massachusetts, Lowell, di AS, memaparkan secara mendalam hasil risetnya dalam buku berjudul,“Bombshell, Women and Terrorism”.
Baca: Tiga Pelaku Ditembak, 1 Polisi Dibacok, 2 Wartawan Terluka di Mapolda Riau
Baca: Sadis! Kendarai Mobil Avansa Teroris Ini Tabrak Mati Polisi di Halaman Mapolda Riau
Baca: Karakter Dua Anak Pelaku Bom Bunuh Diri Diungkapkan Sahabat dan Wali Kelasnya, Sangat Mengejutkan!
Mia lakukan riset berdasarkan kejadian di sejumlah negara, dari Irlandia Utara, India, Srilanka, Indonesia, Inggris, Jerman, Timur Tengah sampai Amerika Serikat.
Dalam buku itu, Mia menemukan bahwa sejak 1985 sampai 2008, perempuan pengebom terlibat dalam 230-an serangan teror.
Ini mencakup seperempat dari jumlah serangan teror yang terjadi dalam kurun waktu itu. Jumlah perempuan yang terlibat aksi teror meningkat 800 persen.
Data yang dikumpulkan oleh sebuah lembaga pemikir Israel, yaitu Institut Studi Keamanan Nasional, sebanyak 137 dari 623 teroris yang terlibat dalam serangan teror selama 2017, adalah perempuan.
Baca: 3 Azab Mengerikan dalam Islam Ini Akan Diterima oleh Setiap Pelaku Bunuh Diri
Baca: Alkitab Kristen Bilang Orang yang Bunuh Diri itu Berdosa, Ini Alasannya
Baca: Bocah Pelaku Bom Bunuh Diri Ini Terlempar Setinggi 3 Meter Tapi Tetap Hidup Karena Hal Ini
Untuk kasus Israel, mereka menganggap serangan kepada negerinya, yang banyak dilakukan pihak Palestina, adalah serangan teroris. Padahal ini konflik politik menyangkut perebutan hak atas tanah air yang diakui oleh kedua pihak dan diperebutkan sampai kini.
Michele Coninsx, asisten sekretaris jenderal dan direktur eksekutif lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nation) untuk Direktorat Komite Eksekutif Anti Terorism mengatakan, sekitar 10-20 persen warga negara barat yang bergabung dengan ISIS adalah perempuan. (*)