Okto Boimau Ikut Merasakan yang Dirasakan Keluarga

tidak semua orang dapat bekerja sebagai staf di instalasi pemulasaran jenazah. Karena ini berurusan dengan orang sudah meninggal.

Penulis: Thomas Mbenu Nulangi | Editor: Ferry Ndoen
Ist
Okto Boimau sedang mengurus jenazah tanpa identitas di Instalasi Pemulasaran Jenazah RSU Prof. Dr. W.Z. Johannes 

"Ketika bertugas di kamar jenazah, bagi saya bukan hal yang baru. Dan saya diangkat menjadi PNS pada tahun 2002 dengan jabatan teknis di instalasi pemulasaran jenazah," kata Okto.

Tugas utama di kamar jenazah, tambah Okto, harus dapat memperbaiki mayat sehingga dapat dibawa pulang oleh keluarga.

Bahkan mayat yang sudah dalam keadaan belatung dan membusuk juga diurus bersama dengan teman-temannya.

Baca: Bulan Ini Sekda Matim Pensiun, Matheus: Apakah Saya Juga Yudas?

Baca: Terkait Safety Riding Goes To School, Ini Jawaban Cerdas Si Cantik Angeline

"Kalau ada mayat yang begitu, pasti keluarga bingung untuk bawa pulang. Jadi itu tugas kami untuk memperbaiki jenazah dengan memandikannya sampai bersih," kata pria beranak dua ini.

Okto menambahkan, ia pernah mengurus jenazah yang tidak memiliki identitas dan tuan yang jelas.

Dalam mengurus jenazah seperti itu, kata Okto, ia melayani sama dengan mayat yang memiliki identitas yang jelas.

Bahkan tambah Okto, dengan jenazah yang tidak diinginkan oleh keluarga seperti bayi yang dibuang oleh keluargannya, ia bersama petugas lainnya mengurusnya sampai dengan proses penguburan.

"Misalnya bayi yang lahir lalu dibuang oleh orang tuanya. Itukan kehidupannya kan tidak diinginkan oleh keluarga. Jadi kami urus sampai dengan penguburan," tambah Okto.

Pengalaman yang paling diingat, cerita Okto, ia pernah mengurus mayat yang dimutilasi di Sikumana lalu dibuang di Pantai Lasiana.

Selain itu penemuan mayat mutilasi di tong sampah di depan kantor Kelurahan Fontein.

Baca: Paul Liyanto Ajak Kapolres Kupang Kota Beri Kuliah Umum Kepada Mahasiswa CHMK Kupang

"Mayat itu kami memandikan dan kami urus sampai dengan penguburan. Mayat itu sampai sekarang belum tau siapa pembunuhnya. Masih misterius," kata pria kelahiran Oe Ulan-Timor Tengah Selatan (TTS), 26 Oktober 1967 itu.

Pengalaman lain, kata Okto, ia bersama temannya mengurus mayat kapal tenggelam. Saat itu jelas Okto, banyak sekali mayat yang di bawa ke Instalasi Pemulasaran Jenazah RSU Prof. Dr. W.Z. Johannes.

Berkat kerja sama yang baik, semua mayat diurus dengan layak.

Dalam melaksanakan tugas tidak semua hal yang dilakukan diapresiasi oleh masyarakat.

Okto menceritakan, ia nyaris dipecat karena lalai dalam menjalankan tugasnya.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved