Pasar Tradisional Noelbaki Ini Berubah Jadi Tempat Menjemur Pakaian Tempat Berteduh Hewan
Pasar tradisional di Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang, Kabupaten Kupang sejak tahun 2012 dibiarkan merana.
Penulis: Edy Hayong | Editor: OMDSMY Novemy Leo
Laporan Wartawan Pos-Kupang.com, Edu Hayon
POS-KUPANG.COM, NOELBAKI - Pasar tradisional di Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang, Kabupaten Kupang sejak tahun 2012 dibiarkan merana.
Pasar yang dibangun Pemerintah Kabupaten Kupang ini tidak pernah digunakan sehingga dijadikan sebagai tempat warga menjemur pakaian dan hewan peliharaan berteduh saat musim hujan tiba.
Baca: Ini Tujuan Mulia Rektor Undana, Prof. Fred Benu Jalin Kerjasama dengan PMI NTT
Baca: Untuk Apa Satpol PP Data Nama Pedagang di Lewoleba
Pemerintah Kabupaten Kupang memastikan lokasi itu akan dijadikan Badan Usaha Milik Desa (BumDes) Noelbaki.
Salah satu warga Noelbaki, Anastasia, yang tinggal di dekat Pasar Noelbaki, kepada Pos Kupang.com, Senin (26/3/2018) mengatakan, pasar tradisional ini dibangun pemerintah Kabupaten Kupang sudah lama.
Pasar ini dibangun setelah warga eks Timtim menempati kawasan terminal Noelbaki agar bisa digunakan untuk menjual hasil pertanian dan perkebunan.
Baca: Jumlah Wajib Pilih di Kabupaten Nagekeo Membengkak Dari 12.000 Menjadi 28.000 Orang, Kenapa?
Baca: Ibu-ibu yang Namakan Diri Rombongan Pilar 89 Ini Berburu Tenun Ikat di Kupang
Baca: Setahun Bekerja, Pansus DPRD Sikka Soal Monumen Tsunami Belum Ada Hasilnnya
Awalnya, kata Anastasia, ada warga yang menjual barang tetapi lama kelamaan tidak lagi karena para pembeli tidak ada yang datang.
"Kalau saya tidak keliru sudah mau lima tahun pasar ini tidak digunakan. Daripada lepas kosong warga pakai untuk jemur pakaian. Ada juga hewan seperti babi, kambing juga berteduh pada saat musim hujan," katanya.
Menurut Anastasia, warga yang sebelumnya berjualan di lokasi pasar ini sekarang membuat lapak-lapak kecil di sepanjang jalur Jalan Timor Raya untuk menjual hasil.
Hal ini bisa dipahami karena jarak dari jalan umum ke lokasi pasar agak kedalam sehingga para pembeli susah masuk ke area pasar.
"Saya pikir wajar juga orang jualan di jalan umum. Bisa lihat lapak-lapak kecil berjejer, itu sebelumnya mereka jualan di pasar. Karena sepi pembeli makanya mereka pindah. Saya tidak tahu lagi pasar ini apakah tetap dibiarkan begini atau mau dipakai. Ada juga kios-kios kecil yang dibangun tetapi tidak digunakan,." kata Anastasia warga eks Timor Timur ini.
Baca: Wah! Polsek Seba Tolak Proses Kasus Pendeta Beristri yang diduga Hamili Penjual Pulsa, Alasannya Ini
Baca: Setelah Membeli Pulsa, Pendeta Beristri Ini Diduga Merayu, Menyetubuhi dan Menghamili Perempuan Ini
Baca: Perempuan di NTT Sering Jadi Korban IJM, FH Undana dan LBH APIK NTT Bikin Strategi Ini
Baca: Nah Loh! Pria Pelaku Ingkar Janji Menikah Bakal Tak Akan Lolos Dari Jerat Hukum
Secara terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kupang, Titus Anin mengakui kalau pasar tradisional tersebut dibangun sejak tahun 2012.
Selama ini pasar tersebut tidak digunakan oleh warga untuk menjual hasil pertanian dan perkebunan sehingga terkesan tidak terawat.
Namun, kata Titus, pemerintah Desa Noelbaki sudah melakukan pembicaraan dengan pihaknya guna memanfaatkan lokasi itu sebagai BumDes.
"Memang betul sejak dibangun tahun 2012 lokasi Pasar Naibonat itu tidak digunakan. Tapi saya sudah mendapatkan laporan dari desa kalau lokasi itu mau dijadikan BumDes. Kasihan juga pemerintah sudah bangun lantas tidak dimanfaatkan. Saya belum tahu kapan lokasi itu mau digunakan sebagai BumDes, semoga secepatnya sehingga bangunan itu tidak mubazir," kata Titus. (*)